Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman di Pondok

Diperbarui: 24 Februari 2021   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini Loo Pengalaman Hidup Aku di Pondok

Awal cerita ini mulai ketika orang tuaku berinisiatif untuk memasukkan aku ke pondok. Tahun 2015 tepatnya, aku pergi bersama ayah untuk mengikuti test masuk pondok di kabupaten Bengkalis. Karna tempat tinggalku di Meranti, aku harus ke bengkalis menggunakan feri. Dan Alhamdulillah ternyata aku lulus dengan nilai ya lumayan cukup bagus. Setelah test selesai aku dan ayah pulang kerumah. Bakalan masuk nanti kepondok setelah lebaran

Lebaran berlalu kini saatnya aku harus pergi kepondok. Kali ini ayahku tidak ikut mengantar kan aku ke bengkalis jadi, aku hanya pergi dengan teman-teman yang mereka adalah santriwati dipondok itu. Aku berangkat dari pelabuhan tanjung samak, ketika sampai di pelabuhan tanjung harapan selat panjang ada pertukaran feri untuk membedakan antara penumpang yang ke bengkalis dengan penumpang yang bakalan berangkat ke tanjung buton. 

Ketika tiba di bengkalis ternyata koper ku terbawa ke tanjung buton, aku nangis karna ini pengalaman pertama ku pergi jauh tanpa orang tua, sedangkan temen-temen ku sama umurnya dengan ku bahkan lebih muda dari aku. Dan lucunya ada temen ku yang salah tujuan, dia ketiduran ketika feri berangkat dari tanjung samak ke selat panjang, sehingga ketika pertukaran feri dia tidak sadarkan diri hingga sampailah dia di pelabuhan tanjung buton bukan ke bengkalis.

Ketika mengingat itu ada lucunya ada juga sedihnya. Aku nangis sape kesengukan karna aku tidak punya satu helai pun pakaian kecuali yang aku kenakan waktu itu. Ketika udah sampai dipondok aku melihat mereka diantarkan dengan orang tua mereka itu semakin membuat hatiku sedih. Ketika temen-temen baruku mereka menyusun pakaian aku hanya bisa membersihkan lemari karna memang tidak ada pakaian yang aku bawa. Hanya merapikan beberapa jajan yang aku bawa dari rumah. Besoknya terpaksa orang tua ku ke bengkalis untuk mengantar koper ku yang kebawa ke tanjung buton dengan temenku juga.

Waktu demi waktu pun berlalu, temen-temenku banyak yang nangis, yang kabur, tidak betah, bahkan ada yang pindah. Sedangkan aku sama sekali tidak ada nangis sedikit pun. Aku ada sedikit rasa bangga pada diriku karna waktu temen-temenku nangis aku bahkan bisa tertawa bahagia karna tidak ada rasa tidak betah dihidupku waktu. Hingga tiba waktu itu ketika sholat ashar dimushola khusus perempuan aku nangis karna aku sakit perut, perutku kram sehingga untuk berjalan pun aku nggak bisa. 

Mulai dari situlah aku sering nangis dan sering sakit. Pernah waktu itu untuk pertama kalinya aku masuk bagian keamaan krna melanggar disiplin, terpaksa aku harus pura-pura sakit dan nangis-nangis nelpon orang tua bilang tidak betah. Karna bagiku masuk bagian keamanan itu bagian menyeramkankan dan mengerikan bagiku. Sudah hampir setahun berlalu aku sudah terbiasa dengan segala keadaan yang terjadi dipondok, bahkan ketika aku masuk bagian karna melangar disiplin pun. Aku juga sudah tidak ada nangis lagi dan mulai merasa betah dipondok.

Waktu demi waktu berlalu, tanpa terasa udah hampir 2 tahun dipondok. Semester 2 dari kelas 3int aku dan teman-temanku naik jabatan dari anggota menjadi pembimbing kamar. bergabung lah kami denga anak kelas 4. Kelas 4 atau biasa kami sebut anak ADI itu adalah mereka yang masuk pondok dari tamatan SD, sedangkan int atau intensive itu adalah mereka yang masuk pondok dari tamatan SMP/MTs. Seperti aku adalah anak int/intensive. 

Tujuan menjadikan kami pembimbing kamar agar bisa membimbing,mengarahkan, dan mencari pengalamn dari hal itu. Kami membimbing para anggota atau adik kelas kami itu untuk sholat,makan dengan tepat waktu, dan menjalanka disiplin dengan baik. Inilah awal pemulaan kami untuk bisa menjadi contoh yang baik buat adik-adik / anggota kami. Disini kami bertanggung jawab penuh atas semua prilaku dan tindakan anggota kami. Jika ada yang melangar maka kami yang akan ditegur bahkan dihukum juga. Walaupun hati kesal tapi kami yakin ini sebagian dari sebuah pengalaman.

Ketika kenaikan kelas kami yang dari intensive naik kekelas 5 bergabung dengan anak ADI. Ketika disini absen saya turun dari 3 besar turun ke ranking 8. Semakin tinggi kelas semakin berat beban yang ditanggung. Selain belajar menjadi contoh yang baik buat anggota kami juga harus belajar yang rajin dalam akademiik karna pelajarannya semakin sulit dan susah. Setahun berlalu maka habislah masa kami menjadi pembimbing kamar. Semester 2 kelas 5 kami akan naik jabatan dan itu akan lebih susah tentunya. Kami naik menjadi OPPM (organisasi pelajar pondok modern) atau jika disekolah luar seperti OSIS. 

Pada OPPM ini kami diberi tugas untuk bisa membimbing satu asrama anggota dibawah bimbingan para ustazah, tanggung jawab semakin besar dan semakin besar pula contoh yang baik harus dilakukan oleh kami. Iya bahagia untuk petama kalinya kami menjabat bagian tertinggi ini. Setelah lika-liku susahnya menjadi anggota, kini kami yang mengerakkan disiplin itu. Ya walaupun tidak mudah setidaknya lebih enak daripada mejadi seorang anggota atau adik kelas. Disiplin kami pun lansung ditanggani dan dipantau dengan para ustazah pembimbing kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline