Penerapan teknologi untuk pendidikan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Deloitte pada 2016, menunjukan bahwa 75 persen guru percaya bahwa pembelajaran melalui media digital dapat menggantikan cara konvensional seperti saat ini dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun ke depan.
Melihat hasil penelitian tersebut maka inovasi penerapan teknologi untuk pendidikan menjadi isu penting yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dan diimplementasikan langsung oleh para guru. Karena guru memiliki otoritas penuh dalam membuat sistem pembelajaran di kelas dan memiliki pengaruh langsung terhadap murid.
Salah satu contohnya yaitu Aries Eka Prasetya, seorang guru di SMA Negeri 22 Surabaya yang memadukan sinematografi, IT (Ilmu Teknologi), dan komik dalam belajar-mengajar Sejarah di kelasnya. Berikut beberapa model pembelajaran yang telah diterapkannya:
- Barcode Narsis, mengembangkan evaluasi menggunakan inovasi pemanfaatan QR code dan gerak siswa dalam berkreasi. Siswa diberikan clue untuk untuk mencari barcode di area sekolah, kemudian dengan barcode tersebut siswa dapat mengakses soal ujian Sejarah yang diberikan.
- Komik Sejarah, meningkatkan budaya literasi dengan mendekatkan materi sejarah melalui pembuatan komik.
- Ulangan Harian ular-ularan, dengan meletakkan soal di meja dan Siswa mengerjakan urut sesuai rute mengular, mengajarkan tentang kejujuran, kedisiplinan dan move on.
Dari ketiga inovasi tersebut, Barcode Narsis menjadi metode yang paling diminati oleh para pelajar di SMA Negeri 22 Surabaya. Karena penggunaannya melibatkan aktivitas gerak di luar ruang yang membuat ujian jadi lebih menyenangkan.
Aries Eka Prasetya mengatakan "Mau tidak mau zaman terus berlalu maka inovasi diperlukan sebagai usaha mendekatkan materi dan pembelajaran agar tidak terjadi jenjang batas yang terlalu lebar. Inovasi IT (Ilmu Teknologi) diperlukan agar pembelajaran lebih menarik, kreatif, tentunya praktis dan ekonomis."
Inovasi pembelajaran digital yang telah diterapkannya selama ini sebagian besar terinspirasi dari program pelatihan guru yang diselenggarakan oleh Quipper. Kemudian implementasi dan berbagai model pembelajaran yang diterapkannya membawa pria lulusan Pendidikan Sejarah-Universitas Negeri Surabaya ajang Indonesia Digital Learning di Australia pada tahun 2016 lalu.
Melalui kedua pengalaman tersebut Ia semakin yakin bahwa dengan adanya teknologi yang ada saat ini dapat mempermudah pembelajaran antara guru dan siswa. Apalagi dengan maraknya layanan sistem manajemen belajar dan e-learning yang ada saat ini.
Sementara itu, dalam acara Beasiswa Untuk Negeri yang diselenggarakan oleh Quipper dan Bahaso Wien Muldian, Pelaksana Harian Gerakan Literasi Nasional dan Wakil Ketua Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud mengatakan, "pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat mendukung berbagai platform berbasis teknologi yang ikut mewujudkan tujuan dari pendidikan.
Penguasaan pada pengetahuan, peningkatan kompetensi keterampilan dan penumbuhan karakter positif, sebagai tujuan pendidikan, dapat dioptimalkan dengan dukungan teknologi."
Semangat dan peran aktif yang sama baik dari pemerintah, guru, pihak swasta dan seluruh elemen pendidikan diharapkan dapat mewujudkan pendidikan indonesia kembali pada cita-cita awalnya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara : Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun Karsa, tut wuri handayani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H