Lihat ke Halaman Asli

Tolong,Lihatlah Aku!..Demi Tuhan, Aku Ini WANITA!

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wanita itu tergugu di depanku.. Dengan berurai air mata dia berkata perlahan kepadaku...sangat perlahan seperti bergumam, "Kenapa kamu tidak pernah mengerti??" "Belum cukupkah perhatian bahkan pengorbananku selama ini? Sejak remaja, semasa kuliah hingga kamu berkeluarga, aku selalu menantimu. Apakah semua kebersamaan ini tidak berarti untukmu?" Kamu meremas tanganku... "Tidakkah kamu pernah merasakannya? Tatapanku, genggaman tanganku, pelukanku bahkan terkadang hasratku..?"katamu dengan bibir bergetar menahan emosi Kuakui, aku mengetahui sedari dulu, tapi aku tak berani menerka. Tak mungkin. Maka kuhalau semuanya jauh-jauh.. Aku hanya diam menatapmu, bisu. Berharap ini mimpi atau fatamorgana . Aku mencoba tersadar, kusentuh jemarimu.Dingin. Tuhan, ini bukan mimpi. Ada kesedihan mendalam dimatanya. Aku bisa melihatnya, betapa dia begitu terluka.. Wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajahku, mencium pipiku... "Aku mencintaimu, sejak kita bertemu..hal terindah dalam hidupku adalah ketika aku dapat mengenalmu." Bisikmu kepadaku.. Lalu wajah wanita yang penuh riak airmata itu mengarah ke hidungku, matanya menatapku mesra..lalu ketika bibirnya hendak menyentuh bibirku... Aku diam, aku mundur selangkah... "Maaf..aku tak bisa! Aku menyayangimu, sebagai sahabatku. Namun aku tidak bisa mencintaimu! Aku memiliki kehidupanku sendiri, demikian juga kamu. Kamu bebas menentukan langkahmu. Jangan berharap dariku. Hanya saja, izinkan aku katakan ini.....Berjalanlah sesuai dengan ketentuanNya..." Mata itu meredup, aku tak sanggup melihat sahabatku kecewa... teramat sangat.. Tubuhnya menggigil mendengar penolakanku.Kupeluk dia dan berkata, "Maafkan aku...sungguh, aku tidak mungkin mengkhianati amanah dari Yang Maha Kuasa,menghormati suamiku dan menjaga anakku" Terbayang wajah anakku yang terlahir dari rahimku dan pula wajah suamiku, merekalah yang membuat hidupku berwarna dan kerap menyadarkanku ketika aku berbuat salah. Sedikitpun aku tidak ingin kehilangan mereka. " Ini tak seharusnya terjadi, tapi aku mengerti..ini tentang perasaanmu, harapanmu. Aku menghargainya. Satu hal, aku akan selalu ada untukmu...kamu sahabat terbaikku" ujarku mencoba menepis kegalauannya. "Tidak ada yang berubah karena kejadian ini. You are still my best friend, trust me!" kucoba meyakinkannya sembari kuhapus airmata wanita itu.. " Terimakasih..." jawabmu samar. Lalu kami susuri jalan dalam hening dan pekatnya malam Sahabatku...itukah jawaban atas kesendirianmu selama ini? Rela mempertahankan cintamu yang tidak mungkin terwujud kepadaku? Membiarkan bathinmu tersiksa demi kebahagianku,bertahun-tahun? Mencintaiku sama seperti mencintai sesuatu yang absurd. Sahabatku..Tolong lihatlah aku! Demi Tuhan, aku ini WANITA!! Sama denganmu... Sahabatku...maafkan aku menyakitimu. Aku tahu arti tatapan matamu, aku tahu keinginanmu untuk bersamaku, aku tahu kamu bahagia bila bersisian denganku..dan aku tahu cintamu....sejak dulu. Tetapi kamu tidak pernah tahu sahabatku,hmm..sesungguhnya aku.... Bencoolen, 9-9-2011 Petang 16.45 Terimakasih untuk ceritamu...sahabatku "Dee":)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline