Setiap negara selalu membutuhkan sumber daya keuangan untuk pembangunan ekonomi, tentunya membutuhkan waktu yang lama. Idealnya, sumber pendanaan pembangunan berasal dari negara itu sendiri. Namun kenyataannya, kesenjangan antara investasi dan tabungan itulah yang sering terjadi di negara berkembang, seperti negara kita, Indonesia.
Tabungan dalam negeri yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan seringkali tidak cukup untuk menutupi kebutuhan investasi dalam negeri. Oleh karena itu, negara-negara seperti Indonesia mencari opsi lain, salah satunya dengan mengundang narasumber asing. Kutipan dari Journal of Economics and Accounting Education, Vol. 15, No. 2, Juni 2022. Pada tahap awal, bantuan luar negeri ke Indonesia berperan penting dalam menjembatani defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Sehingga Indonesia mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Utang pemerintah dikelola untuk kepentingan Indonesia. Dengan defisit yang kecil, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat. Dengan kata lain, tambahan hutang berkurang dibandingkan dengan tambahan kompensasi yang Anda terima. Inilah yang disebut utang yang dikelola, dikelola, dan diurus dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata defisit Indonesia selama 10 tahun terakhir termasuk yang terendah di dunia.
Sementara Indonesia tumbuh, kebutuhan untuk membuat negara ini lebih baik dan lebih maju, pemerintah juga meningkatkan utang negara. Agar infrastruktur Indonesia saat ini berkembang pesat seperti sekarang. Pembangunan akan terus berlanjut untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Selain itu, utang Indonesia juga digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Misalnya saat event DOVID-19. Indonesia telah memutuskan untuk menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk memenuhi kebutuhan negara guna mempercepat berakhirnya wabah corona di Indonesia dan memulihkan perekonomian negara.
Namun, pasti akan menunjukkan angka positif jika masih dalam kisaran normal. Namun, jika mencapai level yang tinggi, tentu saja Indonesia akan menghadapi defisit yang tajam. Secara halus, tapi pasti, Anda secara bertahap akan mengalami ketidakberdayaan batin. Meskipun produk domestik bruto dapat meningkat karena hutang, namun tidak dapat mengurangi kemiskinan secara signifikan, kesejahteraan masyarakat tidak dapat ditingkatkan dengan hutang.
Bahkan tingkat kemakmuran cenderung turun karena hutang itu sendiri. Sebaliknya, mari kita lihat kehidupan kita di sekitar kita, orang-orang yang dekat dengan kita. Apakah utang negara yang tinggi benar-benar memengaruhi dan dapatkah membawa kemakmuran bagi kita? Pada akhir Juli 2023, utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar Rp 7.855,53 triliun. Bukan jumlah yang kecil untuk sebuah hutang. Namun, angka kemiskinan masih tinggi. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2023 masih sebesar 25,90 juta orang.
Angka yang tidak sebanding dengan jumlah hutang yang begitu besar. Bahkan sekarang banyak yang mengeluhkan keadaan tersebut. Untuk petani yang tidak punya pupuk, untuk buruh yang menuntut keadilan. Bukankah lebih penting untuk fokus pada bagaimana orang bisa hidup dengan baik daripada membangun gedung yang tidak cocok untuk lalu lintas. Cara memajukan Indonesia bukan hanya pembangunan dan utang.
Pada dasarnya, kita mendapatkan semua pengaruh dengan benar jika sesuai dengan biaya dan pembayaran. Utang luar negeri dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor ekonomi yang mengambil utang luar negeri cukup tinggi, dan indikator pertumbuhan PDB terus meningkat. Utang luar negeri merangsang perekonomian sampai batas tertentu, tetapi begitu ambang batas DSR dilampaui, keberadaan utang luar negeri justru dapat merugikan perekonomian.
Hal ini karena semakin tinggi DSR, semakin banyak sumber daya yang dialokasikan untuk membayar pokok dan bunga utang, dan semakin sedikit sumber daya yang dialokasikan untuk pembangunan ekonomi.
Sumber terkait: