Lihat ke Halaman Asli

Absurd Thing

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kamu,…

Semoga kamu selalu baik2 saja dalam penjagaanNYA dimanapun kamu. Aku sedang dalam perjalanan saat menulis ini. Tiba2 disela-sela lajunya bus aku teringat sesuatu. Ku keluarkan notebook untuk menuliskannya. Mendadak terlintas untuk menghitung entah sudah berapa lama kita saling berbagi cerita, sudah banyak bab sepertinya. Ya, aku memang sangat suka mendengar dan menyimak orang bercerita pengalamannya, termasuk cerita2mu. Aku mengingatnya secara acak. Dan aku menikmati setiap momennya. Isi ceritanya sih biasa saja sebenarnya. Tidak terlalu ‘wow’.  Tapi terasa asik aja menyimaknya.

Dan diantara momen2 itu ada bagian2 dimana aku tidak bisa lupa. Mungkin seperti sebuah peristiwa penting dunia yang kemudian dibukukan untuk menjadi sejarah agar tidak ada yang lupa. Bedanya ini bukan sejarah penting dunia dan aku tidak membukukannya. Hanya menulisnya disini. Iseng2. Mungkin sebenarnya bisa disebut sejarah juga suatu hari nanti. Tapi mungkin sejarahku. Bukan sejarah penting bagi orang lain. Entah bagimu. Tapi aku tidak peduli itu. Karena sebenarnya ini hanya menuliskan banyaknya kalimat yang selama ini tersembunyikan. Ya, kita selalu berbincang. Tapi kamu tidak tahu, seringkali aku mengatakan sesuatu tapi sebenarnya yang ingin ku katakan bukan itu.

Dan kapan pun kita berbincang kalau saja kamu sadar, kadang aku memalingkan mukaku sebentar. Itu karena aku takut ada kalimat yang melompat keluar dari mulutku, seperti “Aku suka ketika kamu bercerita”, misalnya. Aku tidak suka berkata seperti itu, aku benci membuatmu geer.

Jadi aku ingin menuliskannya sekarang. Apa yg sebenarnya ingin ku katakan waktu itu. Semuanya adalah perbincangan kita apa adanya. Kecuali yang dicetak miring dan sengaja ku kurung. Itu adalah kalimat yang tak pernah ku sampaikan padamu. Alasannya sederhana, kalimat itu memang masih terkurung sampai sekarang. Kecuali kamu merusak kurungnya dengan membaca tulisan ini. :) :D

Oiya, kalaupun kamu membaca ini, aku tidak meminta apapun, tidak menginginkan apapun dan tidak mengharapkan apapun. Aku hanya ingin kamu tahu kalimat2 yang kusembunyikan. Hanya itu.

Dan aku sengaja menulisnya secara acak, karena memori tentangmu terlalu banyak.

Ini.


  1. Kemaren2 aku memang sempat berpikir begini. Ingin mengatakan ini:


(mungkin kita harus berhenti melakukan ini. Berbincang seringkalibertemu seringkali. Aku takut rasa ini jadi semakin absurd dan ini…  juga sebenarnya sangat absurd bagiku, bagi kamu (mungkin?), bagi kita… mengingat kita sudah sama2 ‘paham’) tapi aku tidak jadi mengatakannya. Karena hatiku berkata:

(jangan. Gimana kalo nanti aku pengen sharing lagi? Gimana kalo aku pengen curhat? Dan gimana kalo nanti aku kangen?)

Jadi, ku biarkan saja kalimat itu tetap tersimpan di otak, sampai kamu yang berinisiatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline