By Queen
Salam Sahabat.
Siapa yang doyan banget olahraga? perempuan pastilah ahlinya dalam bidang ini. Di mana-mana yang mengikuti olahraga didominasi oleh kaum perempuan.
Bagi yang sudah terbiasa melakukan olahraga, pagi-pagi biasanya sudah datang dan bersiap untuk memulai kegiatannya disebuah sanggar kebugaran. Begitu pun dengan saya. Setelah hampir kurang lebih satu jam kegiatan olahraga itupun selesai. Para pencinta olahraga ini tidak hanya diikuti oleh anak milenial tetapi orang-orang yang sudah disebut Balita atau Jelita. Mereka bercampur dalam sebuah ruangan yang sama sehingga pada saat kegiatan berlangsung tidak ada perbedaan baik usia maupun kedudukan.
Saat bersiap untuk pulang saya menguping obrolan di antara pencinta olahraga ini. Katanya, kegiatan untuk tadarus bulan Ramadan di komunitasnya tidak bisa diikuti karena harus menggunakan applikasi Zoom, sedangkan dia gaptek apalagi tidak ada orang yang bisa membantunya di rumah. Handphone juga dipakai hanya untuk nge-WA saja dan menerima telepon atau menelepon anak, cucu, dan saudara.
Temannya berkomentar bahwa handphone-nya juga tidak punya zoom karena tidak mengerti cara menggunakannya. Saya berpikir bahwa selama ini kegiatan nge-Zoom tidaklah menjadi masalah penting yang harus dibicarakan atau dibahas karena itu mudah dipahami. Akan tetapi pada kenyatannya, di luar lingkungan kita masih ada orang yang mengeluh dengan kegiatan nge-Zoom ini.
Zaman now, memang semua dipaksa harus serba melek teknologi apalagi dengan kondisi adanya COVID -19. Setiap otang yang berhubungan dengan orang lain baik, itu dalam sebuah komunitas maupun dalam ruang lingkup kerja yang notabene bukan lagi seorang pelajar diharuskan dapat menggunakan dan mengakses aplikasi Zoom.
Komunikasi melalui kegiatan nge-Zoom ini disatu sisi banyak manfaatnya karena hubungan jarak jauh pun bisa didekatkan dan saat-saat seperti kondisi sekarang Zoom mampu menggeser fungsi telepon karena melalui zoom ini mereka bisa saling bertatap muka secara langsung dengan keluaga mereka beramai-ramai. Namun, di sisi lain mereka tidak merasakan manfaat dengan adanya fasilitas zoom ini karena masalah kegaptekannya sehingga memilih lebih baik diam atau memilih fasilitas WA saja yang masih terbatas khusus penggunaan layar camera.
Kendala lain selain gaptek adalah sinyal yang tidak mendukung terutama di wilayah-wilayah dataran tinggi sehingga kegiatan nge-Zoom ini pun bisa menjadi masalah. Hal lainnya dari kegaptekan mereka adalah malas menguntak-atik handphone karena harus setting ini dan setting itu. Namun, bagi mereka yang mau belajar mengutak-atik handphone bisa menjadi sebuah seni yang bisa dinikmati.
Seharusnya kegiatan nge-zoom ini bisa menghapus kegaptekan mereka dan bahkan dengan kegiatan nge-Zoom ini bisa menambah kebahagian mereka dengan melepas rindu kepada anak, cucu dan saudara. Apalah daya jika tidak pernah diadakan edukasi nge-Zoom bagi para Balita atau Jelita.
Penting sekali untuk memberikan edukasi dan praktek secara langsung kepada mereka dengan begitu mereka tidak akan banyak bergantung kepada orang lain dan bisa menikmati waktu kebersamaannya. Edukasi bisa dilakukan kepada semua orang tidak hanya kepada anak milenial saja sehingga mereka tidak lagi berpikir bahwa orang lain lebih pintar dari dirinya. Perbedaannya adalah bahwa mereka yang menggunakan aplikasi Zoom ini ada yang mengajarkan terlebih dahulu baik secara perorangan ataupun berkelompok atau mereka berusaha sendiri dan mau belajar untuk tahu lebih banyak dan mereka yang ketinggalan dengan kemajuan ini hanya bisa mengurut dada dan pasrah.