Ini adalah tulisan yang saya copas dari status Facebook saya. Anda yang tak mengalami ngga usah merasa sok bijak menasehati saya, dan menuduh saya punya kepentingan!
Tulisan ini saya persembahkan untuk orang-orang yang hari minggu lalu memperlakukan saya dengan tidak baik.
(Bagi Anda yang meragukan saya dan menuduh saya kampret jadi-jadian, motif tulisan ini apa, ke mana arah dukungan saya selama ini, apa isi status saya selama kampanye pilpres silahkan ke akun FB saya : Langit Quinn. Kalau untuk sekadar posting tentang kubu sebelah, maaf, bukan pakai akun ini, ngga usah penasaran akunnya mana aja, akun ini memang sejak awal untuk tulisan fiksi. Dan postingan ini adalah murni curahan hati saya, tidak ada kepentingan apapun! Bukan bermaksud menjelek-jelekan acara tsb apalagi menjelekan Pak Jokowi, hanya membuka apa yang saya alami di balik acara tsb, dan orang-orang yang memperlakukan saya dengan tidak baik.)
Mewakili teman-teman saya yang kepanasan tidak bisa masuk venue dan saya pribadi yang mengalami hal tak mengenakan kemarin.
Duhai orang-orang di lantai dua yang kemarin berada di dalam ruangan hotel Harris, enggak begitu juga kali memperlakukan sesama pendukung. Seakan kamu yang berkuasa, dan orang-orang yang antre di luar itu pengemis, pengemis gelang yang di usir-usir keluar. Orang-orang yang mau gelang itu adalah sama-sama pendukung Jokowi yang kepengen masuk venue melihat presiden yang didukungnya secara langsung, Jokowi bukan presiden kamu aja! Mereka minta gelang. Bukan minta JABATAN!
Mas-mas yang jaga pintu, ibu-ibu berambut pendek berbaju putih, embak-embak dan mas-mas yang pegang laptop. Saya tau namanya, kalau saya tulis entar ribud.
Saya kemarin bisa duduk di kursi VIP dengan kawalan seorang ajudan berkat bantuan ketua presidium GARDA bapak Igun Wicaksono, yang mengirimkan ajudannya ke hotel Harris, mengantarkan gelang VIP, dan mengawal saya sampai ke kursi VIP (Hal tsb terjadi setelah saya mengungkapkan kekecewaan di WAG relawan acara atas kacaunya penanganan di lapangan). Pak Igun dengan baik hati menelpon saya dan mengutus ajudannya ke Harris , padahal beliau sendiri masuk setelah debat dulu di luar. Beliau masuk ke dalam dengan niat meminta ET untuk membuka venue untuk umum tanpa gelang-gelangan.
Saya salah satu dari sekian buanyak teman-teman yang juga merasakan kecewa. Bagaimana tak kecewa, nama organ relawan yang saya daftarkan, gelang saya kata mas-mas pemegang data, sudah diambil atas nama orang lain, El* Susila** nama tersebut bukan nama anggota saya, saya bilang saya tak kenal, dia bilang data yang masuk seperti itu, tapi di data laptop nama El* Susi*** menjabat sebagai bendum di dalam organ kecil saya, sedangkan saya tak mengenalnya, kemungkinan besar panitia salah mencantumkan nama dia dalam organ kecil saya, begitulah kerja panitia yang tidak becus! Dan di sini saya tidak menyalahkan Ibu El* Susila**. Tapi saya salahkan panitia. Gara-gara kesalahan tersebut, maka saya tidak bisa ambil gelang, karena dikatakan gelang sudah diambil! Apa gunanya hari-hari sebelumnya diminta kirim id card dan foto diri, kalau dia tidak koreksi nama organ sesuai dengan yang dikirimkan? Bodoh banget! Ketika dicecar bisanya ngeles tuh emas-emas pemegang data di laptop.
Di Harris bahkan seorang ketum organ mengajak para ketum-ketum organ lain untuk 'mendatangi' pak Eko ramai-ramai untuk menuntut dia bertanggung jawab, saking kecewanya ibu-ibu itu dan merasa kalau datang sendirian mungkin ga akan digubris, dia mengajak ketum organ dan sekjen untuk bersama-sama protes (ada bukti video dan saya posting di IG saya di sini ), di video itu si Ibu berkata: bahwa dia sudah datang ke Sekjen. Bahkan sekjen buang ke Bu Judith, lalu bu Judith lempar ke Sekjen Panitia Nasional, dan Sekjen lempar lagi ke Bu Judith. Maka solusinya, menurut ibu itu, harus datangi pak Eko karena dia sekretarisnya (sekjen panitia nasional, Eko yang dimaksud kemungkinan Eko Nugroho) untuk bertanggung jawab. Tapi sepertinya tidak jadi.
Enggak lagi-lagi saya masuk ke lingkaran seperti itu. Beda jauh saat saya lihat di masa kampanye, saya lebih suka melihat relawan-relawan 'sejati' bergotong royong di masa kampanye, bekerja dengan hati tanpa ada kepentingan apapun selain memenangkan Jokowi. Itu yang saya lihat 'di bawah' di lapangan, entah juga bagaimana 'di atas'.
Lagi sial aja mungkin saya, masuk ke dalam orang-orang yang ' di atas' itu. Karena ketulusan sejatinya malah ada 'di bawah'.
Saya baru tau, bahwa di lingkaran 'atas' seperti ituuuh, sesama relawan 'yang merasa punya kuasa' ternyata menyeramkan dalam memperlakukan relawan-relawan/masyarakat biasa, yang sejatinya sesama pendukung Jokowi dengan tidak baik. Amit-amit jabang babon, CUKUP SATU KALI saya masuk ke lingkaran tersebut, politik di relawan bikin muak juga ternyata. Saya baru masuk lingkaran itu demi apa? Demi gelang supaya bisa masuk venue, jadi benar-benar baru tau dan saksikan sendiri, biasanya hanya dengar dari 'katanya dan katanya'. Biasanya jadi relawan biasa aja, tidak ikutan masuk ke lingkungan begituan. Lagian biasanya dapat gelang ya dapat aja tuh seperti saat kampanye Istora, tidak pakai daftar. Dan saya yang naif ini, mengira kalau bertanya baik-baik akan di jawab baik-baik bukan di usir coy!
Saya mengeluh ke relawan yang kelihatannya 'biasa-biasa' saja, dia bilang "banyak 'relawan-relawan' tanda kutip yang pingin saling menonjol dan dianggap paling bekerja, sehingga relawan kecil/rakyat biasa kaya kita malah jadi korban nih kayak sekarang. Mereka pingin dapat jabatan! Ada juga yang menamai diri relawan tapi yang kaya sosialita petentang petenteng aja kerjanya, kerja jadi relawan turun ke jalan juga kagak, andalkan duit, donasi biasanya puluhan juta untuk acara demi bisa dipandang atau dilihat. Panitia akan pisahkan jatah gelang ke mereka. Semacam pesanan". Oh gitu.. Ya ya ya..
Duhai bapak Jokowi, jangan naif pak sama relawan-relawan yang suka cari muka. Semua sama saja kalau sudah gila jabatan.
Teman saya bilang, sesama panitia sudah berantem kalau rapat. Hahaha! Pantaslah jadi kacau balau begitu.
Dia juga bilang, kamu pasti ogah lagi masuk lingkaran seperti ini, ini kali pertama kamu masuk lingkaran ini, dan dapat perlakuan tidak menyenangkan, pahit!
"iya bangetlah! Lebih baik bayar 5juta nonton konser Mariah Carey dan diperlakukan selayaknya fansnya. Ketimbang berantem dengan sesama 'relawan' demi bisa nonton presiden kita! Sementara sebenarnya mereka hanya mau cari muka! Relawan yang bukan bekerja untuk Jokowi, tapi bekerja untuk BOS mereka! 'Relawan yang memperlakukan aku tidak semestinya hanya demi BOSnya/orang-orang yang berkuasa di atasnya. Kelakuannya bukan kelakuan relawan yang mau membantu sesama relawan/rakyat biasa. Tapi orang bekerja untuk atasannya!"
"Saya sudah bertahun-tahun menyaksikan yang begini, sesama relawan berantem.." Kata teman saya lagi.
Ya kalau ngga berantem ngga seru kali ya... Ngga ada yang merasa paling-paling! Saya sih baru lihat beberapa minggu belakangan lihat mereka ribud di WAG, tadinya ku kira ilusi semata, tapi setelah mengalami ini di lapangan ini benar-benar nyata.
BTW untuk cek-cek ombak kemarin, saya sempat minta pertanggung jawaban tentang ID saya yang sudah masuk yang telah diganti nama orang lain, sekaligus saya foto buktinya di laptop. Saya tanya lagi donk, kenapa nama anggota saya adalah orang yang tak saya kenal, sama yang pegang data-data di laptop, dia ngeles-ngeles, dikira saya bodoh! Awalnya di dekat kolam renang di lobby, dia bilang dia hanya kerja, ya bodoh aja kalau hanya kerja tapi ngga pakai otak kan? Lalu dia pindah di ruangan lantai 2 saya jabanin lagi, tapi mbak-mbak sebelahnya nyuruh orang yang jaga pintu untuk nguris saya. Astaga!
"Yang tak berkepentingan dilarang masuk" Katanya.
Mas-mas jaga pintu itu tak memperbolehkan saya masuk lagi.
Tak menyerah teman saya sarankan untuk minta sama ibu-ibu rambut pendek, saya tau siapa dia, dan siapa atasannya, lagi-lagi dia manggil mas-mas penjaga pintu untuk keluarkan saya. Emenjing! Tanpa menjawab pertanyaan saya.
"Ini tolong diurus!" Katanya ke mas penjaga pintu.
Pak Jokowi harus tau, orang-orang yang mengaku 'relawan'ada yang kelakuannya begitu hanya demi orang-orang yang berkuasa di atasnya. Dan nama orang diganti seenak jidat. Saya itu cuma mau gelang. Bukan minta JABATAN. Saya itu mau lihat pak Jokowi, seperti ibu-ibu yang kemarin hampir nangis di Harris.
Dengan mata saya, saya lihat ada ibu-ibu tua sampe mau nangis karena emosi tisak bisa masuk ke dalam SICC gara-gara tidak punya gelang, dia datang dari jauh demi apa? Demi dapat melihat presiden yang didukungnya.
"Saya paham Bu, saya juga merasakan hal yang sama" Kata saya. Lebih parah saya sih, diusir-usir dan saya sampai nangis.
Dia sudah mau pulang, saya dan teman saya tenangkan supaya tunggu dulu siapa tau dapat gelang.
"Masuk lingkaran ini harus memiliki jaringan, kenal banyak orang, banyak ketua organ, kalau enggak, ya kaya kamu ini. Enggak kenal siapa-siapa, dan lebih pahit lagi diperlakukan tidak baik, karena dia tidak kenal siapa-siapa" Kata teman saya. Ya betul, karena saya juga bukan siapa-siapa.
Yang bikin lebih kecewa, pas saya masuk dan acara dimulai, sampai Inul muncul dan Jokowi pidato, di kanan dan kiri buanyaaaak bangeeuuut bangku YANG MASIH KOSONG!
Buat Anda yang dapat gelang 'pesanan' untuk yang lebih berkuasa, dan buat Anda yang memesan 'gelang' tanpa digunakan, mentang-mentang sudah kirim transferan untuk sponsorin acara, buat Anda yang ingin menonjol, yang merasa paling-paling sebagai relawan, buat Anda yang mengganti nama relawan kecil, kita sama-sama rakyat yang dukung jokowi, kita sama-sama mencoblos Jokowi, tapi ya bukan begitu amat juga memperlakukan relawan lain, dan seperti memonopoli gelang, banyak yang tidak bisa masuk, banyak rakyat jelata yang sama-sama pendukung Jokowi yang mau masuk, mereka harus pulang menelan kekecewaan, tapi lihatlah: BANYAK KURSI KOSONG DI KANAN DAN KIRI!