Lihat ke Halaman Asli

Langit Quinn

Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Orang Utanku Sayang, Orang Utanku Malang

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_144273" align="aligncenter" width="453" caption="Image : Google"][/caption]

"Kepada semesta ku teriakan, biarlah aku hidup dan mati sesuai hukum alam. Kepada pemberi hidup ku berkata, di manakah ENGKAU sesungguhnya? Mengapa Engkau diam saja manakala  teman-teman kami diambil dan di bantai dengan biadab oleh tangan-tangan mereka?? Adakah Engkau sesungguhnya???"

Boni si ibu orang utan, melangkahkan kaki dengan penuh kesedihan. Baru saja ia saksikan lima saudara mereka dibantai dengan sadis. Hampir saja ia menjadi korban, bila saja ia tidak berlari tunggang langgang ke dalam hutan.

"Mengapakah manusia-manusia itu jahat??? Mengapakah kami yang dipersalahkan?"

***

Boni menangis sesenggukan di samping anaknya.

"Jangan bermain-main di dekat kebun kelapa sawit nak?? Ibu tak mau kamu menjadi koerban kebiadaban dan keserakahan anak manusia di sana. Jangan kamu langgar perintah ibu."

Begitulah pesan Boni kepada anaknya. Noni. Yang disambut dengan anggukan. Mereka hanya tinggal beberapa saja di hutan ini. Teman-teman mereka hampir setiap hari menjadi korban pembantaian sadis di dekat kebun kelapa sawit.

***

Noni si anak orang utan siang ini pergi jalan-jalan mencari makan. Ia tidak sendiri. Ia bersama beberapa teman-temannya.

Semakin jauh ia berjalan, tanpa sadar ia telah memasuki perbatasan hutan. Dan kini berada tepat di pinggir hutan, diantara perkebunan kelapa sawit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline