Lihat ke Halaman Asli

Menguak Tabir Kehidupan Mahasiswa

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nama saya Quartilosia Pinastika Sandhityarini, saya seorang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di salah satu universitas ternama, yaitu Universitas Diponegoro. Sebagai seorang maba (panggilan akrab untuk mahasiswa baru) tentu kehidupan sebagai mahasiswa merupakan hal yang masih asing dan membutuhkan daya adaptasi yang cukup tinggi. Nah, pada kesempatan ini saya ingin berbagi dan beropini mengenai hal tersebut.

Mahasiswa adalah panggian akrab untuk seseorang yang tengah mengenyam pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Sosok mahasiswa sebagai ujung tombak generasi penerus bangsa tentu memiliki pengaruh tersendiri, bukan hanya untuk masyarakat sekitar tetapi juga bagi bangsa dan negara kita Indonesia. Hal itu terbuktidengan legsernya dua presiden Indonesia yaitu Sukarno pada Maret 1966 dan Suharto pada Mei 1998 oleh mahasiswa. Menilik dari peristiwa tersebut pastilah membuat orang bertanya-tanya seperti apakah kehidupan yang membentuk setiap mahasiswa menjadi pribadi unik dengan nilai plus tersendiri.

Kehidupan mahasiswa tentu saja sebagian besar didominasi oleh kegiatan perkuliahan. Entah itu mengatur jadwal, mengikuti seminar atau mengerjakan tugas-tugas baik secara indidvidu maupun kelompok. Semua itu ditempuh dengan kerja keras semata-mata untuk mendapatkan gelar sarjana agar siap bersaing di dunia kerja sesuai dengan harapan dan cita-cita mereka. Walaupun tidak demikian bagi beberapa mahasiswa. Bagi mereka bangku perkuliahan bukanlah jembatan unutk meraih cita-cita melainkan suatu takdir yag harus dijalani, biasanya karena mereka gagal menembus jurusan yang mereka ingikan dan akhirnya hanya asal-asalan memilih program studi lain agar bisa kuliah. Sehingga mereka merasa tidak nyaman pada program studi tersebut dan cenderung bertindak seenaknya, misalnya saja tidur pada waktu kuliah berlangsung atau sekedar titip absen.

Ha-hal fundamental seperti ini yang biasanya membebani mahasiwa. Membuat mereka membutuhkan pelampiasan. Pada saat inilah institusi pedidikan memegang peranan penting untuk mengarahkan mahasiswa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang berbau negatif. Biasanya pihak universitas melegalkan organisasi kemahasiswaan yang dapat menampung aspirasi dan unek-unek mahasiswa, organisasi tersebut juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk bereksperesi dan mengembangkan diri. Adapula berbagai macam UKM yang dapat diikuti mahasiswa sebagai ajang refresing. Sebagian besar mahasiswa memilih UKM berdasarkan hobi atau minat mereka pada bidang tertentu. Ada yang memilih bidang olahraga seperti futsal, basket, volly, renang. Adapula yang lebih memilih bidang kesenian seperti mengikuti paduan suara mahasiswa, band, teater, tari, fotografi, dan masih banyak lainnya. Dengan kegiatan yang begitu padat, mahasiswa dituntut harus bisa membagi waktu antara kegiatan akademik, non akademik, dan kegiatan yang sifatnya refresing sehingga dapat tercipta keharmonisan yang akan membawa dapak positif dan angin segar bagi mahasiswa saat menjalani rutinitasnya.

Masa menjadi mahasiswa juga merupakan masa-masa transisi. Pada masa awal sebagai mahasiswa tidak sedikit yang kaget karena harus meningalkan rumah di kampung halaman untuk hidup mandiri di kota universitas tersebut berada. Kehidupan mahasiswa saat merantau ini memberikan cerita tersendiri bagi setiap mahasiswa.

Seorang mahasiswa yang jauh dari rumah dapat dipastikan akan mengambil alternatif untuk mengontrak rumah atau menyewa kamar kos disekitar daerah kampus. Tentu saja hal ini bukan perkara yang mudah. Mahasiswa harus beradaptasi dari lingkungan dan kebiasaan di rumah dengan kehidupan baru di kos. Semua hal harus dilakukan tampa bantuan orang-orangterdekat, mulai dari bangun pagi, menata dan merapikan kamar kos, mencuci baju, sampai mengatur menu dan pola makan.

Kebanyakan kamar kos mahasiswa pasti terkesan berantakan entah karena kesibukan mereka atau kebiasaan mereka yang suka bermalas-malasan ketika di rumah dan masih terbawa hingga saat menjadi mahasiswa. Biasanya pakaian tergantung di sana sini, walaupun sudah banyak tempat yang menyediakan jasa pencuci pakaian tetapi banyak mahasiswa yang memilih mencuci baju mereka sendiri untuk menghemat uang saku. Selain itu mahasiswa juga harus mengatur pola dan memilih meu makan sehri-hari.Meskipun ada banyak mahasiswa yang memasak sendiri makanannya tetapi sebagaian besar memilih jajan diwarug-warung seperti warteg atau menjadi penikmat setia mie instan dengan alasan kepraktisan dan harga ekonomis. Maka dari itu tak heran jika mahasiswarentan terhadap berbagai penyakit. Ditambah lagi pola hidup mahasiswa yang tidak teraktur karena tugas akademik maupun non akademik yang menumpuk sehingga membuat mahasiswa harus bergadang bahkan tidak tidur semakin memperburuk keadaan.

Begitulah kehidupan sebagian besar mahasiswa. Akan tetapi disela manis, pahit, dan getir kehidupan selalu ada sesuatu yang membuat kita belajar. Lewat kehidupan mahasiswa kita belajar untuk hidup mandiri, beradaptasi dengan lingkungan, situasi, dan orang-orang dengan berbagaikarakter, serta berjuang untuk meraih impian, harapan dan cita-cita. Dengan begitu bukan hanya hard skill yang akan diperoleh tetapi setiap konflik dalam kehidupan mahasiswa akan mengasah soft skill yang membentuk karakter setiap mahasiswa menjadi individu pembawa terang bagi dunia dan menjadi garam saat terjadi kehambaran. HIDUP MAHASISWA!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline