Manusia membutuhkan tidur untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh, menyembuhkan jaringan tubuh yang rusak, menghasilkan sel-sel tubuh yang baru, dan mengistirahatkan organ-organ tubuh. Manusia tidur selama enam hingga delapan jam per hari. Namun, setiap orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Pola tidur setiap orang berbeda-beda berdasarkan berbagai faktor, termasuk pola asuh, usia, pekerjaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Kemampuan untuk tidur dapat membantu tubuh beristirahat dan memulihkan diri baik secara fisiologis maupun psikologis.
Tidur memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemulihan dan pengisian kembali pikiran dan tubuh, memungkinkan mereka untuk mempertahankan tingkat energi optimal yang diperlukan untuk fungsi sehari-hari. Tidur dapat dianggap sebagai pelindung tubuh dari potensi konsekuensi kesehatan yang merugikan yang berasal dari kurang tidur. Kecukupan tidur tidak hanya bergantung pada durasi tidur (kuantitas tidur), tetapi juga kualitasnya dalam hal kedalaman (kualiatas tidur). Bahkan periode tidur yang singkat namun dengan kualiatas tidur yang cukup, jadi pada saat bangun akan terasa segar kembali, pola tidur yang seperti itu tidak akan mengganggu kesehatan.
Pola tidur terdiri dari masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Ketidakmampuan untuk mengubah pola tidur secara efektif dapat menyebabkan pembentukan rutinitas yang ditandai dengan kualitas tidur di bawah standar. Salah satu upaya yang ditujukan untuk mengatasi gangguan tidur melibatkan pemanfaatan intervensi non-farmakologis, yang dikenal sebagai terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah metode relaksasi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip yang mirip dengan akupunktur dan akupresur. Terapi ini mengintegrasikan vitalitas psikologis dengan kemanjuran doa dan keyakinan spiritual. Dikatakan bahwa intervensi ilahi sangat penting karena tidak semua upaya dapat berhasil tanpanya, dan intervensi semacam itu dapat terwujud melalui doa.
Terapi SEFT termasuk teknik relaksasi yang menyatukan teknik sistem tubuh dan terapi spiritual melalui penerapan tekanan yang ditargetkan pada titik-titik anatomi tertentu. Spiritualisme dan pengobatan energi digabungkan dalam terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Rangkaian prosedur yang dilakukan adalah set-up yaitu menetralisir energi negatif yang ada pada tubuh, tune-in yaitu memusatakan pikiran pada pusat rasa sakit, dan tapping yaitu mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh manusia.
Fase pengaturan dalam terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dari set-up bertujuan untuk memastikan aliran energi tubuh yang harmonis dengan mengatasi hambatan psikologis atau perlawanan melalui praktik yang melibatkan doa dan kepasrahan. Fase persiapan ini melibatkan dua kegiatan utama, yang awalnya melibatkan verbalisasi pernyataan penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi sambil merangkul rasa sakit saat ini. Akibatnya, esensi spiritual terapi SEFT, sebagaimana dimanifestasikan melalui afirmasi doa, memiliki potensi untuk menginduksi pengaruh yang menenangkan pada seseorang. Selanjutnya, aspek kedua dari fase setup melibatkan pemberian tekanan ke daerah dada di bagian sore spot dan mengetuk area di bagian karate chop.
Proses selanjutnya tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang sedang dialami, kemudian memfokuskan pikiran secara khusus pada rasa sakit sambil menyerahkan diri kepada kehendak tuhan. Langkah terakhir yaitu tapping, dengan cara mengetuk atau sedikit merangsang 18 titik di sepanjang 12 jalur meridian tubuh. Tapping akan merangsang electrically active cells sebagai pusat aktif yang terdiri dari kumpulan sel aktif yang berada pada permukaan tubuh sehingga memicu serangkaian proses transduksi sinyal yang berdampak pada fungsi biologis di titik tapping. Dari perspektif fisiologis, tapping dapat mendorong gland pituitary untuk merangsang pelepasan endorfin. Hormon-hormon ini akan menenangkan dan membuat seseorang merasa bahagia, yang akan menurunkan tingkat kecemasan.
Seseorang yang mengalami kecemasan memicu peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis sebagai respons terhadap stresor. Sistem saraf simpatik bekerja melalui aktivasi medula adrenal guna meningkatkan sekresi epinefrin, norepinefrin, kortisol, dan menurunkan oksida nitrat. Tubuh akan bereaksi terhadap keadaan ini dengan mengubah cara-cara yang meliputi peningkatan detak jantung, pernapasan, tekanan darah, aliran darah ke berbagai organ, dan metabolisme tubuh. Guna menghambat sistem kerja saraf simpatik dapat dilakukan melalui peningkatan aktivitas saraf parasimpatis untuk memberikan efek relaksasi. Medula adrenal distimulasi oleh sistem saraf parasimpatis untuk mengurangi pelepasan kortisol, adrenalin, dan norepinefrin serta meningkatkan pelepasan oksida nitrat, yang merupakan respons relaksasi. Tubuh akan bereaksi secara berbeda terhadap keadaan ini dengan menurunkan tekanan darah dan detak jantung.
Pemanfaatan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terbukti sangat manjur dalam mengoptimalkan pola tidur dan menstabilkan tingkat tekanan darah. Terapi ini berdiri sebagai alternatif non-farmakologis yang memerlukan komitmen harian minimal 5-15 menit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H