Sekilas Implementasi Kurikulum Merdeka di Madrasah
Kurikulum merdeka belajar merupakan pengembangan kurikulum 2013, didasari dengan kebutuhan pemulihan paska pandemi yang sempat diberlakukannya kurikulum darurat selama masa pandemi. Secara bertahap diimplementasikan melalui program sekolah penggerak dengan terlebih dahulu mempersiapkan guru penggerak sebagai piloting implementasi kurikulum merdeka belajar. Dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka belajar perlu dilakukan langkah langkah stategis agar berhasil seseuai harapan. Langkah pertama yang dilakukan adalah konsolidasi antara pihak terkait, yaitu Tim Pengembang Kurikulum dan ketatausahaan melakukan untuk mensikapi dengan membuat perencanaan awal yang paling dibutuhkan yaitu pemahaman dan strategi implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Seperti yang kemukakan Maulana dkk bahwa tata kelola keuangan dan administratif merupakan aspek yang penting dalam menunjang keberhasilan implementasi sebuah kurikulum.
Tim pengembang kurikulum berperan penting dalam pengembangan dan perancangan kurikulum yang akan dilaksanakan disebuah sekolah/madrasah, salah satu langkah yang perlu direncanakan adalah membekali tenaga pendidik dengan wawasan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk melaksankan kurikulum diantaranya dengan mengadakan workshop atau In House Training (IHT). In House Training Implementasi kurikulum Merdeka belajar diselenggarakan sebagai wahana untuk memahami konteks dan konsep kurikulum merdeka belajar serta implementasinya.
Dalam hal ini karena pelatih menjadi unsur esensial dalam mentrasformasi konsep dan dan konteksnya. Kompetensi seorang pelatih/mentor sangat berpengaruh agar bagaimana sebuah konsep dapat diimplementasikan. Menurut sasmito (2022) dalam dari sasil penelitiannya ditemukan guru yang mendapatkan In House Training (IHT) menunkukan peningkatan signifkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dengan dasar tersebut pihak panitia mengundang narasummber/pelatih ahli yang berkompeten dalam melatih guru guru untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar, pelatih ahli tersebut adalah seorang pembina/pendamping guru dan sekolah penggerak yang telah berlangsung sejak program merdeka belajar digulirkan.
Tantangan besar dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di madrasah adalah minimnya pendampingan teknis selama pelaksanaan implementasi, meskipun dibekali IHT dan konsultasi jarak jauh, namun sangat dibutuhkan pendampingan pelatih ahli. Untuk mengatasi kurangnya informasi yang dibutuhkan maka berikutnya menggali informasi dari pelaksanaan IKM pada sekolah sekolah penggerak yang sudah berjalan selama bergulirnya Kurikulum Merdeka Belajar.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil alamin (P5R)
Bagi bangsa Indonesia Pancasila adala falsafah negara, dan pendidikan nasional merlansakan pada filsafat niilai nilai pancasila, dan inilah yang mendasari landasan falsafah kurikulum merdeka (A.Muslim: 2022). Muncul profil pelajar pancasila yang diharapkan berkembang dari kurikulum ini berdasarkan landasan falsafah Pancasila. Muatan kokurikuler dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis proyek yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil alamin secara tematis.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran pendididkan karakter dari kebijakan penyelenggaraan pendidikan dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan sedangkan Proyek profil Rahmatan lil alamin adalah pendidikan karakter dari kebijakan standar isi kemnterian agama, namun demikian pada pelaksanaannya diintegrasikan dengan proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) sehingga menjadi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin (P5R). P5R merupakan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan karakter atau profil dengan nilai nilai (dimensi) yang terkandung dalam Pancasila. Dengan sintaks model pembelajaran PjBL setiapa kelompok didampingi seorang fasilitator (Guru Pembimbing).
Dalam Proyek P5R diharapkan peserta didik dapat mengembangkan karakter positif yang digambarkan menurut elemendan dimensi profil dalam panduan Profil Pelajar Pancasila. Proyel P5R dengan sistem tematis. Selama tiga tahun pembelajaran di MTs, peserta didik harus melaksanakan sembilan kali proyek dengan 7 tema P5 dan 10 tema pelajar Rahmatan lil alamin.
Adapun tema tersebut adalah sebagai berikut: 1. Gaya Hidup berkelanjutan, 2. Kearifan Lokal, 3. Bhineka tunggal ika, 4. Bangunlah Jiwa dan Raganya, 5. Suara demokrasi, 6. Berrekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI. Dan tema pelajar rahmatan lil alamin adalah sebagai berikut: 1. Berkeadaban (ta'addub), 2. Keteladanan (qudwah), 3. Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwatanah), 4. Mengambil jalan tengah (tawassut), 5. Berimbang (Tawazun), 6. Lurus dan tegas (I'tidal) 7. Kesetaraan (musawah), 8. Musyawarah (syura), 9. Toleransi (tasamuh), 10. Dinamis dan Inovatif (tathawwur wa ibtikar)).
Peran pendampingan dari fasilitator (Guru pendamping) sangat mermakna. Ini adalah proyek yang pertama kali dilaksanakan, dimana sebelumnya hampir semua peserta didik belum mendapat pengalaman belajar berbasis proyek. Sehingga pendampingan sepenuhnya dilakukan oleh fasilitator. Peran guru pembimbing (fasilitator) adalah pendamping, memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan proyek, baik prosedur maupun memberi arahan sumber belajar yang tepat.