Lihat ke Halaman Asli

Ini Gaya Saya

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan 1:

Wanita yang memutuskan untuk 'menjaga' keluarga dari dalam rumah?

Saya banget! Secara pilihan itu memang lebih populer di kalangan sosialita partikel-partikel positif yang suka kumpul-kumpul di zona bernama 'hati'. Hati saya. Provokatornya tentu saja 'Nurani'. Tahulah..., nurani tentu saja bersifat intuitif. Tak dapat direduksi menjadi sebuah bisikan sederhana yang bersifat universal. Oleh karena itu, ia menjadi bersifat sangat personal. Lebih sensitif dalam merespon setiap permasalahan dibandingkan dengan sosialita yang suka ngerumpi di akal saya dan paling senang mengeluarkan statement-statement yang 'panas'.

Sudah benar pilihan saya?

Waktu itu masih remang-remang. Kesadaran akan ketiadaan (nothingness) begitu menghantui saya. Sempat saya merasa 'tidak menjadi seseorang' ketika harus mengurusi banyak hal dalam rumahtangga yang sepertinya tidak habis-habis. Apa ini akibat saya nurutin nurani sehingga membuat saya merasa terlempar dalam jurang yang dalam? No.... No.... No.... Ini bukan soal salah benar, Jeng! Ini soal AYO MAJU KE DEPAN....

Pikir punya pikir: saya enaknya ngapain ya? Suami nggak pernah melarang saya bekerja, tapi himbauan-himbauannya tetap saja membuat saya merasa tidak boleh bekerja di luar. Melihat anak saya yang masih kecil itu, yang kalau pas sakit panas bisa membuat saya dan suami cemas setengah mati, saya juga nggak kepikiran buat kerja di luar rumah. Tapi..., saya merasa tidak memiliki eksistensi sendiri sebab saya selalu di rumah, sebab saya memercayakan hidup saya pada kekuatan luar (baca: suami) dan menjadikan kekuatan itu 'bertanggungjawab' terhadap kehidupan saya sendiri. Oh No! Tiba-tiba perasaan kosong, tidak bermakna, mampir di pikiran dan jiwa saya. Kekosongan ini menjelma menjadi sebuah perilaku yang menyebalkan: BOSAN. Saya dilanda kebosanan yang luar biasa.

Barangkali secara psikis, kita akan mengalami perubahan cara berpikir jika emosi berbicara tanpa rasio. Maksudnya rasio di sini tidak dimunculkan. Maka jadilah saya seorang melankolis yang malang. Kadang nggak sadar, gara-gara ini juga komunikasi dengan suami jadi agak kacau. Dasarnya kadang sepele, saya sedikit iri suami bisa kerja di luar.... Hehehe....

Tepikan dahulu ego personal dan kemungkinan akan saya gunakan pendekatan analisis transaksional dalam menganalisis fenomena yang saya alami. Aduhhh, saya ada dalam posisi 'Saya tidak Oke, Kamu Oke'. Parahnya, ini adalah sejenis sikap orang yang tidak yakin dengan dirinya sendiri. Dia melihat orang lain lebih baik darinya.... Saya akhirnya memang harus merenung... Barangkali saya masih belum bisa menerima adanya masa transisi dalam ‘dunia baru' ini yang tentu saja merupakan bagian dari proses pembelajaran.... Saya baru jadi Ibu satu anak balita, lalu saya harus nambah satu balita lagi! Waktu itu saya baru saja dinyatakan 'positif' untuk kedua kali. Hehe.... jadi dua dong! Tapi..., mereka lucu-lucuuuuuuu.... Nurani saya tidak bisa membiarkan mereka tumbuh sendiri dan saya tidak bisa memantau tumbuh-kembang mereka....

Hm.... Saya harus sampaikan kondisi ini pada suami! Saya butuh 'jalan-jalan di luar'. Bukan jalan-jalan weekend saja.... Mungkin berselancar di dunia maya, membaca banyak hal, say Hi sama teman-teman lama.... Siapa tahu.

Bagusnya, si Ayah kooperatif banget. Langsung saya dibelikan modem. Hadiah hamil kedua, katanya. Hehe....

Ya. Saya memang lagi kangen sama para blogger di dunia maya yang dulu biasanya menemani banyak dari waktu saya. Saya juga kangen 'bercumbu' dengan kawan-kawan penulis yang dulu pernah satu komunitas sebelum saya menikah. Saya rindu juga pada kecanggihan internet yang menakjubkan sekali dalam kemampuannya mengakses isu-isu global. Sungguh, saya tak mau lagi tersiksa dengan kondisi ini.

Jadilah saya ibu rumahtangga yang aktif 'arisan' di FB. Hahaha.... Saya ketemu teman-teman lama.... Duh senangnya. Saya jadi terpacu untuk menulis lagi. Macam-macam saja yang saya tulis. Tak melulu komersil. Yang jelas saya ingin otak dan hati saya tak mati atau tenggelam dalam karat.

Sekarang jadi asyik, deh.... Kadang bayi saya yang sudah lahir itu nangis minta diurusin, FB langsung saya matikan atau saya tinggal. Kadang mbaknya, si sulung, juga masih doyan nangis minta dilayanin. Bolak-balik ngurus anak, nulis, bersosialisi dengan dunia nyata, menjadikan dunia saya lebih berwarna. Menantang. Capek yang bikin senang. Berisik yang asyik. Kalau kita 'hidup', pikiran juga jadi hidup. Ide-ide semakin bersiliweran.... Nulis jadi lancar. Kuncinya sederhana saja: I am struggling!

Ibu-ibu, Anda pasti punya gaya Anda sendiri!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline