Lihat ke Halaman Asli

Emha Ainun Najib di Mata Budayawan Kuntowijoyo

Diperbarui: 2 Januari 2017   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal sosok Emha Ainun Najib? 

Beliau juga sering dipanggil Cak Nun -nama panggilan akrab Emha Ainun Najib-. Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur pada 27 Mei 1953. Beliau dikenal dengan seorang budayawan multitalenta, diantaranya sebagai penyair, esais, pegiat teater, pemusik, penggerak kelompok musik Kiai Kanjeng dan pengajian komunitas Jamaah Maiyah yang tersebah di berbagai Indonesia, bahkan penulis buku. Untuk karya yang pernah dituangkan kedalam buku yang diterbitkan oleh Mizan diantaranya, Dari Pojok Sebelah (1985), Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990), Secangkir Kopi Jon Pakir (1992), Markrsot Bertutur (1993), Slilit Sang Kiai, dan Surat Kepada Kanjeng Nabi.

Dalam diri Emha terwakili suatu sensibilitas pemuda. Yaitu, pemuda yang kritis, suka protes, tapi sekaligus religius, "kata budayawan kuntowijoyo yang juga dikenal sebagai cendekiawan Muslim ini. Yang menarik, dalam berbagai karya sastranya dilandasi kesadaran keagamaanya. Yakni kesadaran yang kemudian dimunculkan untuk bereaksi terhadap dunia luar. Misalnya dalam hal kemiskinan, keadilan, maupun kekuasaan. Dan cara pandang berfikirnya, beliau sangat kental melalui metafora-metafora atau perumpamaan-perumpamaan. mulai dari puisi dan analisis tentang realitas kehidupan sekarang. Hal inilah yang membuat Emha mempunyai dunia sastra tersendiri. 

Namun, Kunto mengkhawatirkan, mampukah Emha menjadi cermin lapisan generasi muda yang aktivis sosial sekaligus religius dan sufistik. Dan mampukah Emha mempertahankan dirinya sebagai bagian dari sensibilitas masyakat masa kini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline