Lihat ke Halaman Asli

Qoniatul Izza

Mari menulis.

Opini: "Namanya Juga Anak Kecil"

Diperbarui: 30 Januari 2022   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baru-baru ini, di media sosial twitter dan facebook cukup ramai membahas tentang seseorang yang membagikan ceritanya mengenai kejadian yang baru ia alami. Garis besarnya, ia menceritakan kronologi kejadian hilangnya robot kesayangan dengan harga yang saya kira cukup mahal jika di labeli dengan kata "mainan anak". Ia kehilangan mainan itu di kamarnya sendiri ketika ia sedang tak di rumah. Setelah ditelusuri, ternyata ada kerabat yang masuk ke kamar pribadinya kemudian "meminjam" tanpa ijin dengan pemiliknya dengan dalih "namanya juga anak kecil". 

Well, here we go again. 

Dari banyaknya komentar yang turut meramaikan, ada banyak netizen juga yang ikut berbagi cerita serupa. Tampaknya hal ini masih sering kita dengar maupun alami sendiri di lingkungan sekitar. Sekecil apapun barang, jika itu di luar kuasa kita dan bukan hak milik kita, maka sikap bijak yang seharusnya dilakukan adalah don't touch. Jangan sentuh dan jangan ambil apapun yang bukan kuasa dan milik kita tanpa seijin sang pemilik. 

Why? Kenapa? Kalau itu keluarga kita bagaimana?

Jawabannya tetap, No. Tidak. 

Kita tidak pernah tahu seberharga apa barang tersebut bagi pemiliknya. Ijin tidak sampai lima menit. Pemilik pasti akan memberikan ijin jika ia berkenan. Kalau tidak di ijinkan, maka berhenti di situ dan jangan di teruskan. Budaya ingin tahu sesuatu memang bagus tapi untuk hal lain, misal pengetahuan. Untuk privasi, tidak. Semua orang berhak mendapatkan privasinya masing-masing. 

Lalu bagaimana cara menyikapi fenomena diatas dengan dalih "namanya juga anak kecil"?

Sebagai orang tua yang baik, harusnya kita semua tahu bahwasanya ada basic manner yang harus di ajarkan pada seorang anak agar ia bisa menyesuaikan diri dan membiasakan berbuat baik sehingga nantinya diharapkan bisa menjadi pribadi yang bagus dan di terima dengan baik di lingkungan. Sebelum mengajarkan sesuatu, ada baiknya kita harus sudah umum bahkan terbiasa melakukan hal tersebut. Kalau dari diri kita saja belum terbiasa, bagaimana kita bisa memberi contoh untuk yang lain?

Seorang anak tentunya sangat membutuhkan bimbingan orang tua. Ia belum mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi dirinya dan orang lain. Maka dari itu, ajarkan dengan pelan bagaimana harusnya ia bersikap. Sampaikan sesuatu yang sekiranya bisa diterima dan dicerna dengan baik oleh anak. Beri tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan tidak baik dan ajarkan bagaimana ia harus mengambil sikap. 

Contohnya, ketika anak bermain di rumah kerabat, ajarkan pada sang buah hati bahwa kita kesana mau bertamu, jadi bersikaplah yang sopan dan tidak seenaknya. Ingatkan juga untuk selalu meminta ijin kepada pemilik rumah jika mau meminjam sesuatu atau meminta sesuatu. Ajarkan pula untuk selalu berhati-hati dengan barang yang bukan milik kita. Hal itu akan memunculkan rasa tanggungjawab dalam diri sang anak sehingga lambat laun ia akan mengerti, oh ini baik, oh ini tidak. 

Jangan lupakan pula tiga kata ajaib. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline