Lihat ke Halaman Asli

qoniannisa

Mahasiswa Psikologi

Cara Mencegah Tingginya Angka Pernikahan Dini dengan Edukasi Seks Bebas di SMAN 1 Sutojayan

Diperbarui: 13 Desember 2024   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Blitar, 15 Oktober 2024 – Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (Naufal Arzak Al Furqon), mengadakan program pengabdian masyarakat di SMAN 1 Sutojayan, Blitar. Program ini bertujuan memberikan edukasi tentang pentingnya memahami bahaya seks bebas dan pencegahan pernikahan dini kepada siswa. Kegiatan ini merupakan bagian dari kewajiban akademik mahasiswa untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.

Kegiatan yang berlangsung di Aula SMAN 1 Sutojayan ini melibatkan para siswa dari ekstrakurikuler Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) sebagai panitia, serta guru bimbingan konseling sebagai pendamping. Dengan metode penyampaian materi interaktif dan sesi tanya jawab, para siswa diajak memahami berbagai aspek mengenai pernikahan dini dan seks bebas, termasuk faktor penyebab, dampak negatif, serta strategi pencegahannya.

Mengapa Penting?
Tingginya angka pernikahan dini di Kabupaten Blitar menjadi perhatian utama. Data menunjukkan bahwa lebih dari 100 anak di bawah umur mengajukan pernikahan dini pada 2023. Salah satu penyebab utamanya adalah perilaku seks bebas yang semakin dipermudah dengan akses informasi negatif melalui media sosial.

“Kami ingin membantu para siswa memahami risiko besar dari perilaku seks bebas, baik dari segi kesehatan, psikologi, maupun sosial. Pendidikan seks tidak tabu, justru ini adalah langkah penting untuk melindungi masa depan mereka,” ujar Naufal Arzak Al Furqon, mahasiswa Universitas Negeri Malang sekaligus pemateri.

Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Sesi tanya jawab menunjukkan antusiasme siswa dalam memahami topik ini. Beberapa pertanyaan yang diajukan, seperti “Mengapa pendidikan seks penting?” dan “Bagaimana jika teman kita terlibat dalam perilaku seks bebas?” menunjukkan bahwa siswa memiliki keingintahuan yang besar namun masih memandang topik ini sebagai hal yang tabu.

Para siswa juga diajak memahami pentingnya kontrol diri, termasuk kemampuan untuk menghindari pengaruh negatif dari lingkungan dan media sosial. “Kami menekankan bahwa memiliki kontrol diri yang baik adalah kunci untuk menjaga diri dari perilaku yang merugikan,” tambah Naufal.

Dampak Positif Program
Kegiatan ini berhasil membuka wawasan para siswa tentang pentingnya edukasi seks. Sebelumnya, banyak dari mereka tidak mengetahui dampak serius dari seks bebas, seperti risiko kesehatan (HIV/AIDS), stigma sosial, dan ketergantungan emosional.

Guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Sutojayan, Ibu Rahmawati, menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. “Edukasi ini sangat bermanfaat bagi siswa. Harapannya, mereka bisa lebih memahami pentingnya menjaga perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.”

Dengan keberhasilan program ini, diharapkan edukasi serupa dapat terus diadakan, sehingga lebih banyak siswa di berbagai daerah mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai pentingnya pendidikan seks untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline