Lihat ke Halaman Asli

Qois Astiya

mahasiswa

Mahasiswa KKN Universitas Jember Sukses Kembangkan Pupuk Organik dari Limbah Jamur Tiram

Diperbarui: 1 September 2024   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pribadi 2024

BONDOWOSO – Mahasiswa KKN 90 Universitas Jember yang beranggotakan M.Qois Astya Putra, Anggit Tunggul Pamungkas, Jason Marcelino Nugroho, Amru Robby Ajiba, Renatha Putri Kinasih, Zahrotun Nisa, Rifqotuz Zuhroh, Kumala Nirbita, Farin Eka Meilinda, Intan Paramitha Putri, Haningdia Chintya, dan Hanik Putri yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapang yaitu drg. Dwi Warna Aju Fatmawati, M.Kes berhasil mengembangkan pupuk organik berkualitas tinggi dari limbah budidaya jamur tiram. Proses pembuatan pupuk ini melibatkan beberapa tahapan yang dijelaskan dalam sosialisasi yang digelar pada tanggal 14 Agustus 2024 bertempat di Balai Desa Sumberpandan. Sebelumnya, kelompok KKN telah melakukan koordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Ajung, Jember, untuk menggali informasi lebih dalam mengenai permasalahan pertanian di desa tersebut.

"Limbah jamur tiram mengandung Kalium, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan melalui proses fermentasi, nutrisi-nutrisi tersebut dapat lebih mudah diserap oleh akar tanaman," jelas Bapak Santoso selaku PPL Jember yang menjadi narasumber Program Kerja Utama Kelompok KKN 90.
Setelah melakukan survei dan wawancara dengan petani, kelompok KKN menemukan bahwa selain keterbatasan distribusi pupuk bersubsidi, kurangnya pengetahuan petani mengenai alternatif pemupukan juga menjadi kendala utama. Untuk mengatasi hal ini, kelompok KKN mengadakan pelatihan bagi petani tentang pembuatan pupuk organik dan penggunaan pupuk alternatif yang lebih mudah diakses.

sumber gambar : Pribadi 2024

Pertama, dilakukan seleksi baglog yang berkualitas tinggi. Baglog yang dipilih harus benar-benar kering dan bebas dari kontaminasi jamur atau bakteri patogen. Hal ini sangat penting untuk memastikan kualitas pupuk organik yang dihasilkan.
Kedua, baglog yang telah dipilih kemudian dikeringkan dan dihaluskan untuk mempercepat proses fermentasi. Ketiga, baglog yang telah halus dicampur dengan EM4 dan molase, kemudian difermentasi dalam kondisi anaerob selama 14-21 hari. Penggunaan EM4 dan molase berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kualitas nutrisi dalam pupuk.

sumber gambar : Pribadi 2024

Terakhir, setelah proses fermentasi selesai, pH pupuk akan diukur dan dinetralkan jika diperlukan. Pupuk organik yang telah jadi kemudian siap digunakan untuk menyuburkan tanaman.

sumber gambar : Pribadi 2024

Dengan inovasi ini, mahasiswa KKN UMD tidak hanya memberikan solusi bagi masalah kekurangan pupuk di Desa Sumber Pandan, tetapi juga membuka peluang baru dalam pemanfaatan limbah organik. Proses pembuatan pupuk organik yang relatif sederhana dan bahan baku yang mudah didapatkan membuat inovasi ini dapat ditiru oleh masyarakat luas. Limbah baglog yang kaya nutrisi dipilih karena potensinya sebagai alternatif pupuk kimia. Setelah melalui proses fermentasi sederhana, pupuk organik hasil olahan diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pupuk baglog mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen, sehingga memberikan harapan baru bagi para petani yang kesulitan mendapatkan pupuk kimia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline