Lihat ke Halaman Asli

Andhika Aqil

Jiwa yang melayang-layang di ruang hampa

Matahari dan Sinar Terangnya

Diperbarui: 21 April 2024   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar original)

Bumi!
Mengapa kau masih seperti ini?
Tidakkah kau lihat kau bergantung padaku??
Kau butuh aku!

Kau tahu?
Kau hanyalah sebuah planet biasa,
Berhentilah bertingkah sok tahu,
Dan terimalah fakta.

Aku adalah penerangmu,
Anak-anakmu membutuhkanku!
Kenapa mereka membenci panasnya sinarku?
Dasar anak kaku!

Kau masih dekat dengan satelit kecil menyedihkan itu,
BERPISAHLAH!!
PERGILAH!!
Satelit kecil tak berharga itu tak pantas bagimu!

Sinarku lebih terang!
Sinarnya hanya pantulan sinarku!
Kenapa banyak anak-anak tak tahu diri itu lebih menghargainya lebih dariku!?
Bahkan gelap malam takkan pernah bisa terang!

Kau melihatku setiap saat!
Mereka melihatku setiap hari!
Tapi mengapa sinarku seperti tidak dianggap?
Kenapa kau hanya diam berdiri??

Tidakkah sinarku sudah cukup terang sebagai bintang?
Mengapa??
Mengapa, bumi??
Kau kejam!

Aku bersumpah kan merusak semuanya,
Dan membakar seluruh anak-anakmu!
Seluruh flora fauna!
Tak akan ada yang tersisa darimu!!


Surat dari matahari melesat ke Bumi,
Namun sayang,
Surat tersebut terbakar atmosfer Bumi,
Andai saja bumi dapat membaca surat Matahari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline