Lihat ke Halaman Asli

Janji Ita di Kota Lama

Diperbarui: 9 Agustus 2016   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejenak terdiam…., serasa otak mulai membeku. Hidup seperti bermain puzzle, menyusun memutar membalik sampai mendapatkan kata pas….  Sementara puzzle belum tersusun kebutuhan hidup terus berlangsung.

Kenapa kamu diam saja….. “Yadi bertanya pada Ita”

Aku bingung apa yang harus aku lakukan yah….

Tenang saja … masih ada uang kok untuk beli pulsa , mengurus ijasah di kampus dan laminating, “ sabar ya…”

Bukan itu maksutku … keberangkatanmu….belanjaku…

Ita menggaruk garuk kepalanya yang semakin menggatal. Ita menawarkan satu- satunya harta yang dia miliki, anting dan cincin kawin miliknya. Ita seperti superhero yang kuat tegar dan disiplin bersikap. Tetapi ………………………….!!!!!!!!!!!!! , biasa….. wanita……..

Dengan lamunan bervoltase tinggi sampai mentok di ubun – ubun kepala dan tak berahir dengan meledaknya otak, mereka berdua saling membisu . Sementara Bandung vs Persija masih 1-0, 20.30 lampu kehidupan mulai redup dan terlelap. Sembilan jam berlalu komponen kehidupan mulai beraksi kembali. Ita tak tau apa yang ada dalam benak pendamping hidupnya, sepertinya suaminya juga sudah lelah memikul beban yang penuh tantangan.

Seperti biasa rutinitas mereka berdua berjalan dengan penuh cerita, Ita adalah koki terhebat dalam rumah tangganya. Kekompakan mereka selau penuh warna.

ndukkk……..

Jalan kita buntu.

Ita tersenyum dengan tenang, dan masih berharap ada jalan , tapi……..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline