Saat boneka - boneka Berdasi berkuasa, isi rimba tak ada lagi tempat berpijak, suara tangis dan teriakan cuman di anggap ocehan bayi, dimana hati nurani tuan - tuan yang seharusnya menjadi pelindung makhluk yang tertindas. [caption id="attachment_185607" align="aligncenter" width="300" caption="Hutan Gundul Di Kalimantan"][/caption] Lagi di surat kabar terpampang, makhluk yang seharusnya dilindungi, telah terbaring dengan nafas yang tak lagi berhembus, akibat keserakahan sang tuan berdasi. [caption id="" align="aligncenter" width="363" caption="Gajah Mati Akibat Racun"]
[/caption] kepada siapa makhluk - makhluk ini mengadu, keluar dari rumah rimbanya memberontak kepada siapa? kepada manusia - manusia yang tadinya melindungi, namun akhirnya ikut membunuh karena merasa terancam oleh pemilik rimba. Tak kau lindungi mereka tuan, namun kau jadikan ladang keserakahan untuk kelompokmu sendiri, Tak kau mengerti tuan, mereka tak memiliki tempat mengadu selain ke sang Alam, yang telah kau rampas juga. Tuan - tuan sang penguasa Negeri, Sudah kau ambil semua pada bagsa ini, tidak kah memiliki nurani untuk menghentikannya, ataukan Tuan menunggu balasan dari sang Illahi? [caption id="attachment_185609" align="aligncenter" width="300" caption="Korban Lumpur Lapindo"]
[/caption] Tuan - Tuan berdasi, yang seharusnya mewakili jiwa yang tertindas, cukup tuan saja yang dibutakan keserakahan, jangan alihkan pandangan kami ke dunia yang Fana karena kami tidak lagi buta. Sumber Foto 1. http://1.bp.blogspot.com/_Ga5pqw-CaMA/TNuyaLJU-XI/AAAAAAAAAVc/FY1XVoS4jfU/s1600/clear_cut_forest.jpg Sumber foto 2. http://3.bp.blogspot.com/_x1szBUi511U/TQOhjLLhChI/AAAAAAAAAGk/LrlMEtRgaWI/s1600/PontianMekarGjhMati08-05-06%2B016.jpg Sumber Foto 3. http://www.planpolitika.com/gambar/932lumpur_lapindo220080224.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H