Saya kenal Ibu Lita adalah istri Pak Machfud Arifin mantan Kapolda Jawa Timur yang awam kenal sebagai Kapolda yang selalu membangun Masjid ketika penugasan dimanapun, termasuk membangun kembali Masjid dan RS Bhayangkara Polda Jatim menjadi seperti yang sekarang bisa kita lihat di banyak media.
Jika sekarang masyarakat banyak membicarakan Pak Machfud yang gencar diharapkan meneruskan Bu Risma sebagai Calon Walikota Surabaya, saya justru tertarik dengan sisi lain dari Pak Machfud yaitu keluarganya. Kenapa demikian? Pak Machfud ini unik sekali, beberapa kawan yang bertugas di Polda Jatim maupun di Baharkam Mabes Polri banyak yang sering terdengar membicarakan keunikan Pak Machfud ini. Bukan apa-apa, saya beberapa kali bermitra dengan banyak kawan di Kepolisian pas membahas tentang UU Kesejahteraan Satwa yang sekarang jadi UU, maklum aktivis perasuan di sebuah organisasi yang memperjuangkan hak satwa.
Pak Machfud ini termasuk Jenderal yang "galak", tapi paling sering mengajak anak buahnya ke rumah untuk makan bersama. Partisi antara tugas pekerjaan dengan hubungan silaturahmi sesama rekan kerja terjaga dengan baik karena kebiasaan ini. Saya sangat tertarik hal ini karena jarang sekali pejabat bisa seperti ini, dimana biasanya seorang pejabat menyiapkan tempat khusus diluar rumah untuk silaturahmi. Pak Machfud justru mengajak kerumah dan silaturahmi di rumahnya sambil ngopi atau makan bersama sambil ngbrolin segala hal.
Ketika ngomongin rumah Pak Machfud tentu ada "mastermind" disana yang mengatur detail semuanya, mulai persiapan meja, hidangan, jumlah tamu dan tentu saja ragam menu yang jadi nilai plus dari tiap omongan yang pernah saya dengar terkait Pak Machfud tadi. Dia adalah Ibu Lita Machfud, sosok yang menurutku sangat berkontribusi untuk semua urusan meja makan. Jadi ceritanya ada kawan yang mengajak saya ke kediaman Pak Machfud karena diundang makan, ini kesempatan untuk menjawab penasaran saya dari cerita-cerita yang saya dengar.
Hari itu undangan makan dan saya datang bareng teman, kemudian dikenalkan dan jamuan telah siap. Suasana khas Suroboyoan dengan obrolan renyah dan sesekali Pak Machfud memaparkan guyonan khas Suroboyo, oiya Pak Machfud ini penggemar Kartolo seorang veteran dan bintang besar Ludruk Surabaya. Jadi meja makannya panjang dan muat untuk 20 orang, saya juga heran ini meja makan gede bener dan sebelahnya dapur olahan yang disana ada Bu Lita sedang mengkomando beberapa asistennya untuk nyiapin makanan "Pakai piring putih ini dan pempeknya dihidangkan 2 titik, satu dekat Bapak diujung meja satu, dan satunya di dekat Mas itu (saya maksudnya, duduk diujung meja satunya)"
Kemudian Bu Lita mempersilakan tamu mencoba pempek Palembang buatannya, Bu Lita ini asli Palembang "Ayo pempeknya dicoba semua ya, ada 3 varian kalau yang ini namanya ini, yang ini namanya ini dst" Kemudian disahut Pak Machfud "Ayo ini pempek paling enak yang pernah ada, buatan ibu" Tektokan obrolan suami istri ini segar karena logat Suroboyoan kental sekali dan kita jadi ketawa bareng (maklum tamunya dari luar Surabaya semua). Selesai pempek sambil masih ngobrol seru, tiba-tiba Bu Lita mengumumkan akan segera dihidangkan sajian spesial Keluarga Machfud, saya langsung nebak "Pasti rujak buah nih" karena ingat obrolan dengan kawan diatas "Bu Lita selalu membuat rujak buah yang pakai asam Jawa pakai es batu, itu enak banget Mas" katanya. Tadaa...! Benar tebakan saya, rujak buah segar yang isinya manga dan banyak buah lain, saya cuma ingat mangga segar saja karena itu buah favoritku disajikan dingin dan potongan asam Jawa segar.
Saya habis bermangkok-mangkok terus terang, karena mangganya banyak dan itu poin pentingnya hehe..
Obrolan di meja makan ternyata bukan isapan jempol, semua mengalir sambil terus ngunyah dan tentu saja Ibu heran kenapa saya kedoyanan dengan rujak itu. Pak Machfud dan Ibu Lita menanyakan satu persatu ke tamu bagaimana masakannya, pas giliran saya ya ngomong kalo rujak ini terlalu spesial menutup semua rangkaian hidangan. Oiya saya agak telat jadi pas tiba, tidak sempat ikut bareng sejak awal tapi sepertinya semua mengalami yang saya rasakan juga. Ada suasana hangat, Pak Machfud yang terkenal galak itu juga tidak nampak di meja makan. Saya nyeletuk "katanya Bapak galak? kog dari tadi gak galak?" Dan semua tertawa dengar celetukan saya tadi.
Setelah selesai makan, saya sengaja memang untuk ngobrol sama Bu Lita karena saya sedang mengerjakan satu tulisan tentang "Peran istri pejabat bagi tumbuh kembang literasi" Jadi ceritanya saya dan tim minta waktu untuk ngobrol dengan Bu Lita tentang segala hal, karena sekalian assessment pikir saya. Bu Lita adalah sosok yang ceria dan asik sekali diajak ngobrol "Mas Jo mau tanya apa? Saya buatkan kopi dulu ya" Lah baru mau mulai udah diberi kopi nih, ya jelas mau.
Saya tanya, "Bu kenapa meja makan disini sangat besar dan di semua lantai ada?" Karena saya lihat di lantai bawah ada meja makan besar dan di lantai 2 juga ada meja makan besar dan hal ini cukup aneh sih, umumnya yang banyak adalah meja tamu atau sofa kan? Coba adakah yang rumahnya terdapat meja makan kapasitas 20 orang dan ada di semua lantai?
"Mas Jo lihat itu (sambil nunjuk ruangan), itu isinya set meja makan dan juga kursi makan yang bisa untuk 200 orang" Saya kaget, ini rumah atau gudang RT/RW sebenarnya wkwkwkwk.... Dan hal itu saya tanyakan ke Bu Lita dan dia tertawa.