Lihat ke Halaman Asli

Jonathan Latu

Banser NU

Kenapa Wahabi Bisa Merebut Masjid NU dan Muhammadiyah?

Diperbarui: 7 Mei 2019   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Bertepatan dengan awal Ramadhan, cukup ramai di media sosial sebuah penggalan video pengusiran jamaah yang akan melaksanakan tarawih di masjid Hidayatullah Pasuruan. Pengusiran jamaah tersebut dilakukan oleh kelompok Wahabi yang merasa memiliki klaim pada masjid Hidayatullah tersebut, dan menganggap jamaah lain adalah "liyan" yang harus pergi dari masjid tersebut.

Dalam hal ini saya tidak akan bercerita tentang kronologi hal tersebut yang mana sudah ramai bisa dicari di media massa yang ada, ada hal yang lebih menarik yaitu kenapa kaum Wahabi bisa "punya" Masjid di Indonesia yang Islamnya adalah Islam toleran. Sedangkan ideologi Wahabi coraknya adalah puritan dan cenderung judgemental pada sesuatu yang berbeda. 

Islam Indonesia adalah Islam yang tumbuh bersama dengan budaya dan kearifan lokal Nusantara, Syiar paling masyur tentu saja ada pada Wali Songo yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan dan tehnik yang sangat khas, membumi sehingga bisa tumbuh kembang di Indonesia. Corak yang penuh warna dan juga seni budaya, dikembangkan oleh Wali Songo sebagai sarana dakwah sehingga mudah diterima oleh masyarakat.

Periode selanjutnya adalah ketika masa pendudukan Kumpeni atau VOC dimana lebih dikenal dengan periode penjajahan. Islam berkembang dengan semangat mempertahankan tanah air dari kaum penjajah yang memasung semua sisi kehidupan masyarakat. Mulai dari aturan dagang, aturan bertani, hak kepemilikan tanah, tradisi berkumpul dalam masyarakat (guyub), dan sampai pada sistem pendidikan. 

Tumbuhnya Islam yang termoderasi dengan isu yang menempel pada benak dan tanah air adalah sebuah babak baru pertumbuhan Islam di Indonesia. Banyaknya cerdik cendikia dan ulama yang memiliki wawasan dan ilmu mumpuni kemudian berserikat adalah awal dari Islam Moderat di Indonesia. Mulai dari terbentuknya SI, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang merupakan kelahiran era baru dunia Islam dengan corak bergerak, mendidik dan membaharui kualitas manusia dari sisi Iman dan Teknologi.

Namun pada saat yang sama, di tanah Hijaz yang sekarang dikenal sebagai jazirah Arab justru terjadi satu hal yang 180 derajat terbalik dari apa yang sedang terjadi di Indonesia. Tanah Hijaz yang awalnya adalah ladang ilmu bagi kemajuan Islam menutup diri karena perebutan kekuasaan atas jatuhnya kekhalifahan Turki Usmani. Tanah Hijaz menjadi sebuah tempat yang sangat ekslusif dibawah penguasaan "rezim" Bani Saud yang mengusung ideologi Wahabi.

Sebuah ideologi baru yang membawa nafas pemurnian Islam sesuai Quran dan Hadist dan tidak pernah ada kompromi terhadap kekayaan seni dan budaya Islam. Awalnya mengutuk penyembahan berhala yang kebablasan sampai melarang ziarah orang-orang saleh, bahkan akan membongkar Makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Walaupun pada akhirnya Makam Kanjeng Nabi dan Sahabat masih bisa dipertahankan karena kecaman dari banyak Ulama termasuk dari Indonesia saat itu. 

Puritanisme adalah ciri dari gerakan Wahabi, paling fasih mengkafirkan orang yang beda pendapat bahkan sesama Muslim tak jarang dikafirkan jika berbeda dengan apa yang mereka yakini. Dan paling parah adalah ketika ada pemaksaan terhadap pelaksanaan Ibadah haji dimana ada pembatasan terhadap 4 Mazhab, sehingga muncul peristiwa yang sangat bersejarah yaitu Komite Hijaz. Yang merupakan sebuah traktat yang menjamin pelaksanaan ibadah haji bagi umat Islam sedunia.

Saudi sebagai Negara sedang melakukan moderasi dengan diperbolehkannya kaum wanita menyetir, bekerja, berenang, dugem, nonton bioskop, berbelanja tanpa kawalan keluarga dll. Saudi Arabia sekarang adalah sebuah moderasi luar biasa, bahkan di Haramain seberang Baitullah ada mall yang luar biasa besar. Hal ini merupakan pengingkaran konsep pemurnian ketika awal digagas, ketika dinasti Saud yang pertama mengambil alih Tanah Hijaz menjadi Kerajaan Saudi Arabia. 

Karena yang abadi didunia ini adalah perubahan, maka Saudi juga berubah. Tapi hal tersebut tidak menyelesaikan masalah terutama untuk dunia islam secara keseluruhan. Saudi boleh saja melakukan eksekusi pada Ulama-ulama mereka yang dianggap garis keras, jangan tertawa untuk hal ini walaupun memang sangat menggelikan karena asalnya juga dari sana. Saudi melarang Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, ISIS dan anasir lainnya di tanahnya sendiri dan "bodoamat" dengan dunia luar. 

Sekarang Indonesia, sebuah Negeri yang sangat terbuka dengan segala macam ideologi asal tidak membunuh Pancasila. Pada prakteknya sih, semua ideologi berkembang dengan baik di Indonesia kecuali Komunis. Ideologi lain masih bebas berkembang termasuk Wahabi yang tidak termoderasi, atau dengan kata lain Wahabi di Indonesia inilah intinya inti dari Wahabi yang ada di dunia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline