Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan Konsep dan Karakteristik pada Puisi Tradisional dan Puisi Kontemporer

Diperbarui: 18 Januari 2021   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Konsep Puisi Tradisional dan Puisi Kontemporer

A. Puisi Tradisional

Puisi tradisional yaitu puisi yang susunan perkataannya dibentuk kedalam bentuk karangan berangkap atau suatu bentuk pengucapan dalam susunan yang istimewa berbanding dengan pengucapan biasa seperti yang digunakan dalam pertuturan sehari-hari serta bahasa yang mementingkan kebenaran daya intelektual dan logika. Bentuk, pemikiran dan fungsi puisi tradisional masih dikekalkan oleh masyarakat seperti keadaan tradisionalnya. 

Puisi tradisional juga dikenal sebagai puisi lisan yang berkembang pesat didalam kesenian rakyat. Setengah bentuk puisi tradisional seperti mantera dan teromba mengandungi unsur ritual dan bersifat magis. Puisi tradisional juga sering kali disebut sebagai puisi lama ataupun puisi rakyat. Menurut James Danandjaja, puisi rakyat atau puisi tradisional adalah kesusasteraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya. Puisi tradisional biasanya terdiri atas beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara atau hanya berdasarkan irama. Puisi tradisional juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu terikat oleh jumlah larik perbait, jumlah kata perbaris dan rima akhir.

B. Puisi Kontemporer

Secara singkat puisi kontemporer yaitu puisi yang diciptakan pada masa kini. Puisi kontemporer disebut juga puisi yang lebih kekinian atau bisa dibilang puisi masa kini dikarenakan kebebasannya dalam proses penciptaannya terbebas dari aturan-aturan bentuk atau rima puisi pada umumnya. puisi kontemporer mengandung kata-kata yang kurang memperhatikan kesantunan bahasa, karena sering menggunakan kata-kata kasar, ejekan, makian, atau yang semisalnya. Bentuk tulisan puisi kontemporer pun bisa dikatakan unik dan memiliki pengulangan kata, frasa, dan kelompok kata yang tidak wajar. Puisi kontemporer pun seringkali menggunakan pencampuran bahasa, entah itu bahasa asing dengan bahasa indonesia ataupun bahasa indonesia dengan bahasa daerah.

Jadi Kesimpulannya perbedaan konsep puisi tradisional dan kontemporer yaitu : puisi tradisional memiliki konsep yang susunan katanya dibentuk kedalam suatu bentuk pengucapan yang biasa digunakan dalam sehari-hari dengan disertai bahasa yang mementingkan kebenaran daya intelektual. 

Selain itu puisi tradisional biasanya berbentuk mantra dan terikat oleh jumlah larik perbaitnya dan jumlah kata perbarisnya. Sedangkan puisi kontemporer proses penciptaannya tidak terikat suatu aturan bentuk ataupun rima pada umumnya. Selain itu bahasa yang digunakan pada puisi kontemporer biasanya tidak memperhatikan kesantunan dan sering kali menggunakan pencampuran bahasa.

2. Karakteristik Puisi Tradisional dan Puisi Kontemporer

A.  Puisi Tradisional 

  • Anonim. Puisi lama atau tradisional umumnya justru ada tanpa nama pengarangnya. Hal ini didasari karena pada masa itu, para pengarang tidak perlu harus dikenal. Meskipun beberapa puisi lama dikenal nama pengarangnya, yang terpenting pada masa itu karya dan bukan pengarangnya. Karena tanpa nama pengarang atau anomim, puisi-puisi lama umumnya diakui sebagai milik bersama. Puisi tradisional tidak seperti puisi modern yang banyak diketahui siapa pengarangnya dan bahkan diketahui latar belakang pengarang puisi tersebut.
  • Dari mulut ke mulut. Puisi tradisional umumnya bersifat lisan. Ada juga memang yang ditulis dalam bentuk naskah pada daun lontar. Hanya saja, yang tertulis atau dalam bentuk naskah biasanya juga berasal dari mulut ke mulut. Artinya, puisi disampaikan dengan cara diucapkan langsung kepada pendengar dan kemudian diteruskan ke yang lainnya secara turun-temuran. Berbeda dengan puisi baru yang penyampaiannya ditulis lewat media cetak.
  • Gaya bahasa. Puisi tradisional memiliki bentuk yang mudah dikenali dari segi penggunaan bahasa. Umumnya, gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang cenderung penuh metafora. Gaya bahasanya pun cenderung esoferik atau gaya bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara.
  • Aturan. Ada beberapa aturan umum dalam puisi lama.
  • Rima dan Irama. Rima adalah pola persajakan, yakni pola bunyi kata-kata yang ada di setiap baris. Sementara irama mengatur tinggi rendah, panjang pendeknya , ataupun keras lembut ucapan bunyi. Beberapa jenis puisi lama sangat memperhatikan masalah rima dan irama ini karena berkaitan dengan isi dari puisi lama tersebut.
  • Jumlah kata, bait, dan baris. Kebanyakan puisi lama memperhatikan masalah jumlah kata. Misalnya dalam satu baris jumlah kata harus ada 6 atau 8 kata. Ada juga jenis puisi yang mengatur masalah jumlah baris dalam satu bait. Ada juga puisi lama yang dalam satu bait terdapat empat baris ada juga yang lebih dari empat baris. Tapi biasanya ditentukan jumlah barisnya.

B. Puisi Kontemporer

  • Karya sastra kontemporer berkembang dalam bentuk prosa, drama, dan puisi.
  • Karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang inkonvesional atau menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya.
  • Puisi kontemporer berarti puisi yang dibuat dan diterbitkan pada awal tahun tujuh puluhan hingga sekarang.
  • Bentuk puisi kontemporer menyimpang dari puisi-puisi pada umumnya dan tentunya cara memahami maknanya pun berbeda.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline