Lihat ke Halaman Asli

Qimtronics

Riset Design and Development

Diabetes di Indonesia: Ancaman yang Semakin Nyata

Diperbarui: 19 April 2024   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: International Diabetes Federation 2019

Indonesia saat ini dihadapkan pada kenyataan pahit: berdasarkan Riskesdas 2018, diabetes telah menjadi salah satu penyakit kronis dengan prevalensi yang terus meningkat. Menurut data Federasi Diabetes Internasional (IDF), Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia dan menjadi peringkat pertama di ASEAN, dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, yaitu sekitar 19,47 juta orang pada tahun 2021.
Perlu menjadi perhatian bahwa diabetes bukan hanya penyakit biasa. Komplikasinya dengan penyakit lain dapat berakibat fatal, seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Bahkan, diabetes telah menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung.

Source: Riskesdas 2018

Dewasa ini, konsumsi makanan cepat saji dan makanan instan rasanya mulai digemari masyarakat sebagai pengganti nasi. Hal ini dapat dikarenakan semakin sibuknya tuntutan pekerjaan sehingga memicu seseorang memilih makanan yang praktis untuk disajikan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh AcuityHub, 76% responden di Jakarta, Bodetabek, Surabaya, dan Medan makan fast food di akhir pekan dan 24% responden di kota-kota tersebut makan fast food di hari kerja.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (31/7), Sumbangan pendapatan terbesar di semester I-2023 masih berasal dari penjualan makanan dan minuman (foods and beverages) yaitu sebesar Rp3,10 Triliun. Jika asumsikan rata-rata pembelian Rp. 50.000,- maka ada 273.523.615 pembelian di semester I-2023.

Disamping fast food makanan pengganti nasi lainnya yang tak kalah digemari adalah mie instant, siapa sangka Indonesia menjadi peringkat kedua pengonsumsi mie instan terbanyak setelah china. Berdasarkan gambar yang dilansir dari databoks.katadata konsumsi mie instan di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 14,26 milyar.

Source: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/05/25/jumlah-konsumsi-mi-instan-di-indonesia-meroket-semenjak-pandemi-covid-19

Meski tergolong praktis dalam penyajiannnya tetapi perlu diingat, kandungan pokok makanan cepat saji dan mie instan adalah karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam makanan instan membutuhkan waktu pencernaan yang lebih lama dibandingkan makanan normal. Hal ini diperparah dengan adanya bahan-bahan adiktif seperti pengawet, pengembang, dan penyedap rasa. Ditambah dengan kurangnya aktifitas fisik dan metabolisme yang lambat akan menyebabkan kenaikan berat badan kemudian beurujung obesitas.

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama diabetes. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia meningkat dari 10,5% pada tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018.

Hal ini jika dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan risiko diabetes melitus. Karbohidrat yang menumpuk di usus halus akan memicu pankreas untuk mengeluarkan enzim amilase secara berlebihan. Jika hal ini terjadi terus-menerus, fungsi pankreas dalam mensekresikan hormon insulin akan terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan kadar gula darah naik dan memicu diabetes.

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas inilah yang menjadi faktor utama meningkatnya kasus diabetes di Indonesia. Faktor risiko lainnya termasuk faktor keturunan, usia, dan riwayat kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan ideal untuk mencegah diabetes.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline