Lihat ke Halaman Asli

Qilbi Yuva Febriana

Mahasiswi Universitas Brawijaya

Istilah "Aura Maghrib" Jadi Alat Ujaran Kebencian: Fujianti Utami dengan Kulit Tan

Diperbarui: 12 Juni 2024   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fujianti Utami Putri (Instagram/@fuji_an)

Selebgram Fujianti Utami dengan warna kulitnya yang tan khas baru-baru ini dipenuhi dengan komentar negatif dan ujaran kebencian di media sosial. Netizen menjulukinya dengan sebutan "maghrib" karena warna kulitnya yang lebih gelap dibandingkan dengan sederetan selebritis yang mempunyai kulit yang jauh lebih cerah.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa rasisme masih menjadi isu yang mengakar di masyarakat Indonesia. Alih-alih merayakan keberagaman, banyak orang yang masih terjebak dalam stereotip dan prasangka negatif terhadap warna kulit yang berbeda.

"Bjir aura maghribnya membara banget", "yaampun maghrib". Ungkap komentar netizen di akun tiktok Fujianti Utami.

Ujaran kebencian yang dilontarkan terhadap Fuji tidak hanya menyakitkan secara pribadi, tetapi juga berbahaya karena dapat memperkuat stigma negatif terhadap orang dengan warna kulit gelap. Hal ini dapat berakibat pada rendahnya rasa percaya diri, depresi, dan bahkan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Penting untuk diingat bahwa warna kulit bukanlah sesuatu yang perlu dipermalukan. Setiap orang memiliki keindahannya masing-masing, dan kita harus saling menghormati perbedaan. Kita perlu melawan rasisme dengan berani menyuarakan pendapat dan melaporkan ujaran kebencian kepada pihak berwenang.

Sebagai masyarakat yang katanya majemuk, kita seharusnya sudah lebih maju dalam cara berpikir. Warna kulit itu bukan sesuatu yang bisa kita pilih, apalagi buat jadi bahan cemoohan. Setiap orang terlahir unik dan berbeda, dan justru di situlah letak keindahannya.

Di media sosial, kita sering melihat selebriti dan influencer dengan kulit yang lebih cerah, mungkin karena memang standar kecantikan yang ada sekarang lebih mengarah ke situ. Tapi bukan berarti kulit yang gelap itu buruk atau lebih rendah. Standar kecantikan itu kan subjektif dan selalu berubah. Kenapa nggak kita mulai merayakan semua jenis kecantikan, termasuk yang berkulit gelap seperti Fuji?

Fuji sendiri adalah contoh nyata bahwa kepercayaan diri dan bakat tidak ada hubungannya dengan warna kulit. Dia bisa sukses dan dicintai banyak orang karena kepribadiannya yang menarik dan kontennya yang menghibur. Jadi, kenapa kita harus fokus pada warna kulitnya?

Selain itu, komentar negatif seperti ini juga bisa sangat berbahaya. Bayangkan saja kalau yang jadi sasaran adalah anak-anak atau remaja yang tengah mencari jati diri. Ujaran kebencian seperti ini bisa menghancurkan rasa percaya diri mereka, membuat mereka merasa tidak berharga, dan bahkan bisa menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline