Lihat ke Halaman Asli

Rifqi Maulana

Mahasiswa

Akulturasi Budaya Islam +62

Diperbarui: 3 Agustus 2024   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NU Mewujudkan Islam Nusantara untuk Indonesia Raya/mualliminenamtahun.net

Assalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya dan Salam Kebajikan. 

Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang  saling mempengaruhi.  Ketika  ajaran  agama  masuk  dalam  sebuah komunitas  yang  berbudaya,  akan  terjadi  tarik  menarik  antara  kepentingan  agama di satu sisi dengan kepentingan budaya di sisi lain. Hubungan antara agama dengan kebudayaan merupakan sesuatu yang ambivalen.  Agama dan  budaya  mempunyai  independensi  masing-masing, tetapi keduanya memiliki wilayah yang tumpeng-tindih. Di sisi lain, kenyataan  tersebut  tidak  menghalangi kemungkinan  manifestasi  kehidupan beragama dalam bentuk budaya.

Nahdlatul ‘Ulamâ sebagai sebuah jam’iyyah diniyyah yang berhaluan faham Ahlussunnah wal Jamaah merupakan organisasi terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926. “Nahdlatul ‘Ulamâ merupakan organisasi terbesar di Indonesia dimana organisasi tersebut mampu memberikan perubahan yang segnifikan diberbagai aspek kehidupan manusia terkhusus di Indonesia.” (Sulistiawati, 2012)

Dalam dakwahnya organisasi ini menggunkan  metode  yang  digunakan  Walisongo, bagi NU metode hal ini sebuah dakwah yang patut ditiru, sebab persesuaian Islam dengan budaya lokal bukanlah perkara bid'ah, dimana NU berkomitmen untuk  memperkuat pendekatan budaya sebagai salah satu elemen penting dakwah Islam di Tanah Air.”  Pendekatan budaya sebagai salah satu metode dakwah merupakan cara yang efektif, sebab dengan budaya tersebut agama Islam dapat di terima baik oleh penduduk pribumi awal kedatangan Islam. Macam-macam metode dakwah NU diantaranya adalah berceramah, propaganda, pendidikan, kelembagaan, keteladanan, kesenian, diskusi, tanya jawab, bimbingan konseling, karya tulis, korespondensi, dan silaturahmi. 

Dalam proses tersebut NU menggunakan strategi dakwahnya melalui pembudayaan nilai-nilai Islam dengan menggunakan perangkat budaya lokal sebagai instrumen dakwahnya.  Sebagai gambaran dalam perihal pandangan para kaum Nahdliyin kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukanlah untuk menolak tradisi yang telah berlaku dan mengakar menjadi kultur kebudayaan masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan dan pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah yang dibawa beliau. Adapun budaya lokal yang apik menjadi nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka Islam akan mengakulturasikanya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri.

Indahnya Masjid Menara Kudus/dokpri tangkap layar kompas tv

“NU melakukan  berbagai  upaya  agar  akulturasi  budaya tersebut  tetap  menjadi  khittah  kuat diantaranya dengan cara sosialiasi ke pondok pesantren yang merupakan  basis  kaderisasi potensial  di  kalangan NU sendiri, hingga memberikan  penyadaran  kepada  warga nahdliyyin akan  pentingnya menggunakan budaya dalam berdakwah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline