Lihat ke Halaman Asli

Qanita Zulkarnain

Magister Psikologi

Seni Berbangga Diri: Mengapresiasi Diri Tanpa Arogan

Diperbarui: 23 Januari 2024   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by krakenimages on Unsplash

Di dunia di mana harga diri sering kali berada di garis tipis antara insecure dan kepedean, seni berbangga pada diri sendiri menjadi sulit untuk seimbang. 

Promosi diri sering disalahartikan sebagai kesombongan dan rasa percaya diri yang berlebihan, dan kerendahan hati tidak jarang berujung pada merendahkan diri sendiri.

Sebagai seseorang yang ragu-ragu untuk menyombongkan diri karena takut melewati batas dan menjadi sombong, penting untuk mencari tahu bagaimana kita bisa benar-benar bangga pada diri sendiri tanpa berlebihan.

Menavigasi rasa bangga terbukti menantang saat kita melintasi lanskap rumit dari medan psikologis kita. Pada saat-saat rasa tidak aman, rasa insecure dianggap sombong atau menghadapi kemungkinan penolakan dapat menutupi pengakuan atas pencapaian pribadi. 

Rasa insecure yang mendalam, sering kali berakar pada pengalaman awal atau tekanan masyarakat, memaksa individu untuk meremehkan keberhasilan kita, membangun kedok kerendahan hati yang menutupi rasa tidak mampu yang mendasarinya.

Konflik internal antara keinginan untuk diakui dan ketakutan akan kritik menumbuhkan keengganan untuk menerima kebanggaan yang tulus, mengarahkan individu ke wilayah keraguan diri yang berbahaya.

Sebaliknya, pendulum dapat berayun ke ekstrem yang lain, memicu arogansi dan, kadang-kadang, bahkan narsisme. Bias kognitif, seperti efek Dunning-Kruger, dapat menyebabkan periode terlalu percaya diri, mengaburkan batas antara kebanggaan sejati dan sikap mengagung-agungkan diri. 

Kecenderungan perbandingan sosial semakin memperumit masalah, karena individu menambatkan harga diri mereka pada validasi eksternal, menjadikan harga diri mereka rentan terhadap keinginan untuk membandingkan dengan orang lain. 

Perjuangan untuk menyeimbangkan harga diri menjadi sangat terkait dengan menavigasi dikotomi keinginan untuk diakui dan takut akan kerentanan yang menyertai penghargaan diri yang tulus.

Di satu sisi, kita jangan sampai menjadi orang yang minder karena masing-masing kita memiliki kelebihan. Tapi, di sisi yang lain, kita juga tidak selalu lebih baik dari semua orang di semua aspek, jadi kita juga harus bisa cukup humble untuk mawas diri agar tidak arogan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline