Dewasa ini, kita hidup berdampingan dengan internet yang memungkinkan kita untuk merasa terhubung dengan orang lain setiap saat meskipun sebenarnya kita tidak benar-benar terhubung. Keterhubungan tanpa benar-benar terhubung ini membuat kita merasa selalu memiliki teman. Audiens di media sosial berbeda dengan teman yang sebenarnya, tetapi seringkali rasanya tidak dapat kita bedakan.
Dalam berteman, beberapa dari kita merasa cukup nyaman untuk membagi banyak cerita, dan beberapa dari kita lebih suka menyimpan untuk diri sendiri saja. Berbagai hal yang dibagikan, salah satunya adalah curahan hati dan isi pikiran mengenai kondisi mereka yang diduga atau memang secara profesional terdiagnosis memiliki masalah dalam kesehatan mentalnya.
Pada konteks pertemanan nyata atau perasaan berteman di media sosial, beberapa orang yang membagikan pengalaman mereka dalam menyintas gangguan mental seringkali dianggap cari perhatian. Mau bagaimana lagi, kita tidak bisa melihat ketidakjujuran seseorang sejelas melihat bekas luka jatuh dari sepeda. Kita juga tidak bisa mengetahui motif seseorang membagikan ceritanya ke kita. Sudah menjadi hak kita juga untuk menilai sesuai dengan kapasitas kita. Meskipun demikian, penilaian kita tidak selalu benar atau selalu salah.
Kenapa seseorang membagikan ceritanya?
Atau, ketika wujudnya bukan bercerita tetapi melakukan sesuatu, kenapa seseorang bertingkah demikian?
Bagaimana kita mengetahui orang lain hanya sedang cari perhatian?
Ketika menyangkut kesehatan mental seseorang, kapan kita cukup melihat/mendengarkan saja, dan kapan kita harus melakukan sesuatu?
Fenomena cari perhatian umumnya dikaitkan dengan individu yang mengalami gangguan kesehatan mental. Ini sering disalahpahami sebagai attention-seeking behavior, padahal ini bisa jadi merupakan gejala dari masalah psikologis yang lebih serius.
Wujud cari perhatian ini bukan hanya dari ucapan atau cerita yang dibagikan, melainkan bisa berupa tindakan juga.
Beberapa penyintas gangguan kesehatan mental mungkin membutuhkan perhatian karena merasa diabaikan, tidak didukung, atau diabaikan di masa lalu. Mereka mungkin merasa bahwa mereka belum menerima perhatian, cinta, atau validasi yang mereka butuhkan, yang dapat menyebabkan keinginan yang mendalam untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.