Apakah Anda pernah merasa bahwa Anda memproses informasi secara berbeda dari orang lain?
Atau, mungkin Anda memiliki teman atau anggota keluarga yang tampaknya melihat dunia dengan cara yang unik?
Jika demikian, Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan konsep neurodiversitas.
Neurodiversitas adalah istilah yang mengacu pada perbedaan alami dalam cara individu memproses informasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Ini mencakup berbagai kondisi, antara lain ADHD, autisme, disleksia, dan sindrom Tourette. Kondisi ini mungkin dapat menjadi tantangan, tapi kondisi ini juga memiliki kekuatan dan kelebihan unik yang harus dirayakan dan dirangkul.
Pada artikel ini, kita akan menyelami dunia keragaman saraf dan mengeksplorasi ADHD, autisme, dan spektrum neurodiversitas. Kita akan berbicara tentang apa yang membuat kondisi ini unik, bagaimana perbedaannya satu sama lain, dan pentingnya memahami dan menerima neurodiversitas.
Individu Neurodivergen
Neurodivergen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang perkembangan dan fungsi neurologisnya berbeda dari apa yang dianggap umum (neurotypical). Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan individu dengan kondisi seperti autisme, ADHD, disleksia, Sindrom Tourette, dan kondisi perkembangan saraf dan keragaman saraf lainnya. Konsep neurodivergence didasarkan pada pengakuan bahwa ada variasi alami dalam bagaimana otak manusia terhubung dan berfungsi.
Istilah neurodivergen pertama kali diciptakan oleh Kassiane Asasumasu, seorang advokat dan penulis autis, pada awal tahun 2000-an. Asasumasu menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan individu yang "atipikal" atau "berbeda" dalam hal neurologi mereka, dan yang mungkin mengalami perbedaan sosial, komunikasi, dan sensorik dibandingkan dengan populasi umum (neurotypical).
Konsep neurodivergen penting karena menekankan bahwa perbedaan dalam perkembangan dan fungsi neurologis tidak boleh dilihat sebagai sesuatu yang negatif atau patologis. Sebaliknya, individu neurodivergen memiliki kekuatan dan tantangan yang unik, dan harus diterima dan didukung apa adanya.
Neurodivergen, atau konsep bahwa ada berbagai cara agar otak dapat terhubung dan berfungsi, telah dipelajari dan didokumentasikan sepanjang sejarah. Berikut adalah beberapa temuan ilmiah tentang neurodivergen sepanjang sejarahnya:
- Autisme: Pada awal abad ke-20, psikiater Austria Leo Kanner adalah salah satu orang pertama yang menggambarkan autisme sebagai kondisi yang berbeda, ditandai dengan kesulitan sosial dan komunikasi, perilaku berulang, dan preferensi untuk rutinitas. Sejak itu, penelitian telah menunjukkan bahwa autisme adalah kondisi perkembangan saraf dengan komponen genetik yang kuat, dan perbedaan struktur dan fungsi otak telah diidentifikasi pada individu dengan autisme.
- ADHD: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) pertama kali dikenali pada abad ke-19, saat itu disebut sebagai "cacat kontrol moral". Pada pertengahan abad ke-20, penelitian mulai mengidentifikasi ADHD sebagai kondisi perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Perbedaan struktur dan fungsi otak juga ditemukan pada individu dengan ADHD.
- Disleksia: Disleksia, suatu kondisi yang ditandai dengan kesulitan membaca dan memproses bahasa tertulis, pertama kali dikenali pada akhir abad ke-19. Penelitian telah menunjukkan bahwa disleksia disebabkan oleh perbedaan struktur dan fungsi otak, khususnya di area otak yang terlibat dalam pemrosesan bahasa.
- Sindrom Tourette: Sindrom Tourette, suatu kondisi yang ditandai dengan tics dan vokalisasi yang tidak disengaja, pertama kali dijelaskan pada akhir abad ke-19. Penelitian telah menunjukkan bahwa Sindrom Tourette disebabkan oleh perbedaan ganglia basal otak dan korteks frontal, yang terlibat dalam kontrol dan penghambatan motorik.
- Gifted: Meskipun tidak secara tradisional dianggap sebagai kondisi neurodivergen, gifted atau orang dengan kecerdasan yang terlalu tinggi telah dipelajari sebagai bentuk neurodivergensi. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang berbakat memiliki struktur dan fungsi otak yang berbeda, terutama di bidang yang berkaitan dengan memori kerja dan kecepatan pemrosesan.
Secara keseluruhan, penelitian ilmiah telah memainkan peran kunci dalam mengidentifikasi dan memahami kondisi neurodivergent, dan terus menjadi penting dalam mengembangkan intervensi dan akomodasi yang efektif bagi individu dengan kondisi ini.
Konsep neurodivergen adalah perkembangan yang relatif baru, dan istilah ini sendiri diciptakan pada akhir 1990-an oleh komunitas autis sebagai cara untuk menggambarkan diri mereka sendiri dan individu lain yang memiliki kondisi perkembangan saraf. Namun, konsep perbedaan neurologis telah hadir sepanjang sejarah.