Lihat ke Halaman Asli

Kembali Gelisah

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menarik dalam hidup ini, kadang kala kitamerasa asing berada dalam dunia ini,, kenapaya…??Yerkadang kegelisahan kegelisahanyang timbuldatang silih berganti . kalau kita menarik kebelakanmenelah kembalitentang hidupdan memikirkannaungin kegelisahantersebutseakanmenjadihirup pikukdalam kehidupan keseharian kita. Naungankegelisahan itu serigkali di hampiri pertanyaan-pertnyaanseperti apakah dunia ? Apakah maknahidup saya , kenapahidup saya dikuasai oleh presepsi-presepsi terhadap kehidupan saya? mengapahanya adapergantian episode sedihdan senang? pertanyaanitulahyang sering kali muncul di benak saya.

Semua manusia , entah saya,atausemuapasti pernah di hantui hal-hal semacamitu, Hirukpikuk tersebuttentusajasangatmenganggudalam diri kita,tidak tenang, tidaksabar , cemasdan khawatir, ini dapat dilihat daritingkah lakudaripemilik hati tersebut manakalamengiplementasikan dalambentukmenyendiri , mondar mandir,memegang kepala sambil merundukke bawah dengan wajahmurung,malas bicara dan macam-macamlah.

Kalau sudahbeginimakatentu kita seringkali memandang denganpersepsi / menganologikan duniadengan berbagai macam persepsidanmenunjukkan suasananegatif yang terbawadan ketidak sempurnaan.Sayamenagartikansuatu tragedi dalam hidup sekaligus harapan.Dimana tentutragedi tersebut bisaketikamenunjukkan suasananegatifyang terbawamenyentuh nilai-nilaikemanusia sedangkanharapanketikasikapkegelisahan inimemungkinkanuntuk kita seakanbangkitdan optmis , seakankita merasa tawaddu terhadap ilahi terhadapkejadian tersebut karena ada harapan tersebutyang mendorngkitauntukmencarijati diri dan kesempurnaan terhadap ilahi.

Sayamenggapkegelisahan ituadalah pertarunganbathin seseorangdalammenapakisuatuproses hidupyang panjang .ia biasanyalahirketika capaian – capaian keberhasilan datang, persoalankemunduran pada diri kita, atau kah ada nilai dari kitayang terkikisoleh jamanyang menyebabkan ada pertarungan bathin di dalamnya ,atau kah ada kebenaranyang kita anggap benar kita langkahi, dantidak konsistenterhadap kata katayang biasa kitamenggebu ngebu kita keluarkan,

Disinilah titik dimanamanusiasapaan batihn mengelu terhadap jatidirinya, danberandai andai terhadapwaktu, mengeluh dan manjaterhadap dirinya , dan pengakuanterhadap dosayang selama ini dimelakat pada dirinya.Kalau sudah begini makatakayal,mimpidan harapanyang selama ini terbang bersamakita seakan rehab sejenakdi kehidupan kita.

Inilah keadaan dimanaproses hidupberjalanyang tentupunya maknatersiratsebagaimana manusia lemah dalam keadaan ini,inisebuah titik tempuh, dimanakita masihpanjang dalam menagrungi perjalanandan belum menemukaan apa apa terhadap kehidupan sebenarnya.

Kalau sudahbeginimakaperangkatyang melekat pada diri kita seakan di hujat diri kita sendiri,Kitapun tentubertanya dimanailmuyang kita dapat, gelar yang tertanam dari berbagai label universitas,logikaberjalan sebagaimanakita agung-agungkan, Dimensiperasaanyang sering diagung-agungkan oleh kaum hawa, mengidoloakan dirinya sendiri, semunya tidakbisamenjadipanutan dalam kegelisahan itu.

Bisa jadi kegelisahan inisebagaimalapetaka dari “ Comfort Zone “ berlebihan akibatakumulasi darikebutuhan hidupyang meningkatdengan rasaIndividualistis, kapitalisasi dan egoismeyang menjadikebutuhan hidupdari modernitas.Malapetaka dan tentunya tragedi jika kita tidakmampumengelolah denganbaik terhadapkegelisahantersebut.

Begitulahmanusia berproseskarenakita dilahirkantidak ada yang utuh , masih butuh pengakuan . kita masih butuh jarak tempuh untuk sebuah jalan ia lalui,kita masih butuh arahan dalam upaya mencari kesempurnaanserta masihbuthperlindunganutama dari sang kekasihsejati, tentubukan saja kita mengalami hal seperti , Banayk kisah seperti Nabi Musa As yang merasakankegelisahan itu, ia galau, dari kehidupan kemewahan, kecukupan dan kehidupan bersenang-senang dari ayahangkatnya. justrudengan kegalauannyaiamenuju jalan taubatdan meemukan misi hidupnyayang sebenarnya.

Kalau sudah seperti ini, sifat pengasih dari allahyang menaungi ummat manusiatak terkecuali . Apakah seseorang percaya kepada-Nya atau tidak, beragama atau tidak, Dia tidak pandang bulu. percaya pada para utusan-Nya ataupun tidak, kesemua pernah di panggil dengan cara seperti ini. untuk mencari kesejatian, untuk mencari hakikat kehidupan yang sebanarnya,

Kita masih butuh bimbingandan belajarterhadap dimensi dunia, bahwa kita sebenarnyatak ayal adalah makhluk yang lemahdan butuhperlindungan dari sang kekasih Khalik.Sujud takzim ku persembahkan untuk Nya. Wahai dunia dengan segala perangkatmu, aku ingin sejenak melupakanmu, meninggalkan harapan dan bayangan serta nafsu yang selama ini melekat di dinding jiwaku. Tak ada janji apapun yang mengikatku, selain hanya janji dari Nya saja.

"Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu"

(Siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline