Lihat ke Halaman Asli

Kembalinya Permainan Juku Eja

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam kompasiana, sudah lama sekali tidak menulis tentang bola nasional. Di sela-sela ngambil data penelitian di Makassar, sy ingin menulis tentang kebangkitan klub kebanggaan saya, PSM Makassar. Dua pertandingan terakhir saya sempat ikut nonton bareng dengan suporter2 PSM di sebuah cafe. Maklum kalo bukan Persib, Arema ato Persija, jangan harap PSM disiarkan di MNC Grup. Jadinya mesti nonton di cafe yg menayangkan K-Vision. Oke, kita mulai, boleh dikata performa PSM musim ini sangat fluktuatif, ibarat harga minyak nilam dan komoditi lainnya. Di awal kompetisi, PSM mendatangkan beberapa pemain terkenal, tp banyak jg yg sudah tua, seperti Budi Sudarsono, Ponaryo Astaman, Markus Haris, Kenji Adachihara, Fahrudin, Ardan Aras, Robertino Pugliara, Roman Chmelo. Lalu menyusul pemain muda seperti Agung Prasetyo, Supandi, Djyusman, dengan pelatih ex-Deltras Jorg Peter Steinebrunner. Beberapa pemain akhirnya tidak lulus seleksi, dicoret di tengah kompetisi, bahkan beberapa pemain seperti Ponaryo dipinjamkan ke Persija dan Robertino (skrg Persipura) dicoret dari tim. Di awal kompetisi PSM kebanyakan mengalami hasil imbang dan kekalahan. Di paruh pertama musim, PSM hanya 2 kali menang atas Persiba Bantul dan Perseru Serui, 5 kali kalah, dan 3x imbang. Hasil buruk ini salah satunya disebabkan tidak bisa digunakannya Stadion Mattoanging (sekarang Gelora A.Mattalatta) kandang legendaris Juku Eja. Sehingga PSM harus bermain tanpa dukungan suporter, hal ini tentu saja menguntungkan lawan karena ibarat bermain di tempat  netral di Gelora Bung Tomo.

Pelatih Jorg  dipecat hanya dalam 3 laga awal, yang digantikan oleh Rudy W Keltjes (RWK). Pergantian pelatih sedikit memberikan hawa sejuk dengan kemenangan perdana 4-0 atas Persiba, tp kemudian rentetan hasil buruk selanjutnya dituai PSM. Tercatat sejak ditangani RWK, Juku Eja hanya mengalami 3x menang atas Perseru (2x) dan Persiba Bantul, 4x imbang dan 5x kekalahan dengan posisi 9 klasemen (cmiiw). RWK kemudian diangkat menjadi pelatih U-19B, lalu digantikan oleh pelatih lokal Assegaf Razak.

Di tangan Assegaf, PSM seperti terlahir kembali. Dengan perginya Ponaryo Astaman dan Robertino Pugliara, maka lini tengah dan depan PSM praktis diisi kembali oleh Rasyid Bakrie dan Kurniawan Karman, dua 'permata muda' Juku Eja. Dengan formasi 4-3-3, Rasyid Bakrie mengisi gelandang tengah (CMF) dengan Syamsul dan Ardan Aras. Peran 3 gelandang asli Makassar ini mengukuhkan dominasi lini tengah PSM di 4 laga terakhir. Ardan di plot sebagai deep-midfielder (DMF) sedangkan Syamsul-Rasyid di depan sebagai gelandang serang dan penyeimbang (CMF dan AMF), uniknya Syamsul dan Rasyid akan bergantian utk maju membantu penyerangan. Tercatat Syamsul dan Rasyid sudah menciptakan masing2 1 gol, termasuk gol kemenangan saat menghadapi Persepam. Di lini depan, Assegaf berhasil mengembalikan ketajaman M.Rahmat (26 tahun), striker andalan PSM musim lalu. Pada 4 pertandingan terakhir, Rahmat mencetak 3 gol dan akselerasinya di sisi kiri membuat pertahanan lawan kocar-kacir. Saya ingat ketika laga melawan Persipura di Mandala Jayapura, sprint Rahmat tidak dapat dikejar oleh Ruben Sanadi, yang berujung gol indah ke gawang Yoo Jae-Hoon. Dua gol indah juga dicetaknya ketika melawan Persela Lamongan (23/8). Gol pertama nya dicetak dengan meliuk-liuk melewati 2 pemain Persela lalu diakhiri dengan tendangan keras. Gol kedua diawali dengan sprint menyambut  umpan Mamadou, ketika masuk kotak 16, ia dengan cerdik mengubah arah dribel utk mengecoh Roman Golian lalu melepaskan tendangan placing ke sudut kiri atas gawang, GOL INDAH!!! Tidak hanya Rahmat, Kurniawan Karman di sayap kanan PSM juga menampilkan permainan yang semakin matang. Torehan 1 gol ke gawang Persela dan 1 gol kemenangan di laga keras kontra Persiram menjadi bukti. Di laga Persepam, 3 kali solo run nya harus dihentikan dengan pelanggaran keras. Dribel, penempatan posisi dan finishing nya semakin matang. Lini belakang PSM, boleh dikata cukup kompak. Kuartet Iqbal-Agung-Boman-Lebut cukup solid untuk membendung serangan. Iqbal mampu menggeser Hendra Wijaya, penampilannya tenang, kemampuan koordinasi yg baik dan pengalaman membuatnya jadi pilihan. Bek jangkung asal PSMS Medan, Agung Prasetyo (23 thn) kini menjadi pilihan utama mendampingi Boman Aime. Lebut yg sejatinya bek tengah mulai mampu bermain sebagai bek kiri. Bagi saya, permainan PSM di 4 laga terakhir sungguh memberikan kebanggaan dan letupan semangat bagi pecintanya. Assegaf Razak patut diacungi jempol karena mampu mengembalikan permainan dan karakter asli Juku Eja. Keras dan cepat. Mungkin PSM hanya cocok di tangan pelatih lokal.Kekompakan tim dan ditunjang dengan mulai lancarnya gaji dan bonus juga merupakan faktor yg mendukung. Masih ada 2 sisa pertandingan untuk menentukan apakah PSM mampu lolos ke 8 Besar.  Peluangnya masih tipis, karena harus tandang ke kandang Pusam dan Mitra Kukar. Jika mampu mengambil minimal 4 poin, lalu Persela maksimal imbang saat menjamu Persipura, maka Juku Eja berpeluang besar lolos. Semoga. Salam dari Makassar :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline