Lihat ke Halaman Asli

sultan

Belajar

Puasa dan Kesalehan Sosial

Diperbarui: 18 April 2022   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap tahun, umat Islam selalu menjalankan ibadah puasa, ibadah yang diwajibkan kepadanya, baik laki-laki ataupun perempuan, kecuali bagi mereka yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan beberapa ketentuan. Hadirnya bulan Ramadan berdampak siginifikan terhadap semua lini kehidupan, baik kehidupan sosial, ekonomi, dan agama.

Dari sudut sosial, pada bulan Ramadan interaksi dan toleransi serta jalinan silaturrahmi antarsesama umat Islam menjadi lebih meningkat dan terjalin dengan erat, dan begitu juga dengan pemeluk agama lain, meraka yang tidak menjalankan puasa begitu toleran dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kehusukan orang yang sedang berpuasa, dengan tidak makan dan minum di tempat umum, karena masing-masing agama mengajarkan serta menjunjung tinggi toleransi.

Sementara di bidang ekonomi, kehadiran bulan Puasa sangat berdampak terhadap perubahan harga, terbukti dengan beberapa harga sandang dan pangan mulai naik, sehingga tidak sedikit yang memanfaatkan momentum Ramadan untuk mengambil keuntungan dalam berbisinis, sehingga budget  pada bulan Puasa meningkat dibandingkan dengan di luar bulan Puasa. 

Adapun dari sudut agama, kehadiran bulan puasa sangat terasa, semua dimensi yang ada bernuansa religius. Selama Ramadhan sangat terasa, baik di rumah, di lingkungan, di masjid dan bahkan di televisi, apa yang ditayangkan semua berlandaskan religius. 

Cobalah lihat, masjid, mushola dan surau jamaahnya penuh saat Ramadan, yang sebelum Ramadan jarang berjamaah shalat di masjid, saat Ramadan ringan betul melangkahkan kaki bersama anak-anak ke masjid. Ini merupakan fenomena tahunan yang selalu hadir selama bulan Ramadan berlangsung. 

Ketiga dimensi fenomena bulan Ramadan tersebut merupakan bagian kecil dari eksistensi puasa, namun yang paling utama dalam menjalankan puasa bukan pada kualitas pakaian, dan lezatnya makanan tetapi apakah jiwa masing-masing insan yang berpuasa mampu merealisasikan nilai-nilai puasa dalam kehidupan sosial-religius sehari-harinya?

Dari semua dimensi puasa, yang paling penting dipahami adalah esensi puasa dalam memupuk kesalehan sosial-religius. Esensi  Puasa (ash-shiyam) secara dasarnya adalah al-imsak, yang artinya mengendalikan diri. Kemampuan pengendalian diri ini merupakan kunci sentral terwujudnya tatanan kehidupan yang baik dan berkualitas, baik di lingkungan keluarga, sekolah, kampus dan masyarakat. 

Sebaliknya, kegagalan mengendalikan diri dari godaan Hawa, Nafsu, Dunia, Syaitan (HNDS), akan menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan. Sebagai sebuah ilustrasi: Seorang penguasa yang gagal mengendalikan dirinya, akan menyalahgunakan kekuasaannya.

Tidak heran korupsi masih marak terjadi di negeri yang mayoritas muslim ini, dan seorang pebisnis yang gagal mengendalikan diri akan melakukan berbagai cara pintas untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya, meskipun merugikan orang lain dan melanggar nilai-nilai agama. 

Begitu juga seorang remaja yang gagal mengendalikan diri dalam pergaulanmnya, akan terjebak dalam pergaulan bebas yang merusak moralitas dan masa depannya. Hadirnya bulan yang penuh berkah dan ampunan ini menjadi momen belajar dalam pengendalian diri selama puasa Ramdaan dan hendaklah dilestarikan selama dan setelah Ramadan usai.

Di samping pengendalian diri, puasa juga mengajarkan sikap kejujuran, karena saat seorang yang berpuasa sendirian di suatu tempat yang tidak ada orang lain melihat, ia sebenarnya bisa saja makan atau minum dan kemudian berpura-pura puasa kembali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline