Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pengemudi Ojek Online: Arungi Jalan Demi Sesuap Nasi

Diperbarui: 16 Januari 2024   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Penulis

Hujan yang mengguyur kota Bandung akhir-akhir ini membuat udara dingin hingga rasanya lebih baik berdiam di rumah sembari menonton netflix atau menyeruput mie instan yang hangat. Namun hal itu tak berlaku bagi J. Seorang pengemudi ojek online yang setia mengarungi jalanan dengan berbagai cuaca, demi sesuap nasi untuk keluarga di rumah. 

J (54 tahun) merupakan seorang pria paruh baya yang tinggal di sisi kota Bandung, lebih tepatnya di Kopo. Ia merupakan seorang pengemudi ojek online pada aplikasi berwarna hijau yang sudah bekerja selama 6 tahun. Bisa dibilang, J sudah sangat lama bekerja sebagai pengemudi ojek online dan ia masih aktif bekerja hingga sekarang.

Sehari-harinya, J akan bangun pada pukul empat dini hari untuk shalat subuh berjamaah di masjid di dekat rumahnya, sebelum dirinya beraktifitas untuk menarik ojek hingga malam. J memulai hari kerjanya sejak matahari belum terbit. Ia bersiap-siap dengan ponsel pintarnya yang menjadi alat utama untuk mencari penumpang. Walaupun pekerjaannya tidak pernah menentu, J selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggannya. Ia sadar betul bahwa setiap perjalanan adalah peluang untuk memberikan kebahagiaan bagi orang lain dan sekaligus memperoleh penghasilan untuk keluarganya.

Dengan penghasilan menjadi pengemudi ojek online yang pas pasan, dengan kisaran 1,5-2jt per bulannya, J selalu hidup bersyukur demi menghidupi keluarganya yang ia sayangi. J memiliki seorang istri dan dua anak. Satu anaknya yaitu A, kini sudah menginjak usia 14 tahun dan bersekolah di salah satu SMP di daerah Kopo. Kemudian adiknya, F tengah menduduki bangku sekolah dasar kelas 5 di sebuah SD di Kopo.

Menurut keterangan warga sekitar rumahnya di Kopo, J merupakan orang yang baik dan selalu bersyukur. Ia rajin datang ke masjid untuk beribadah. Kedua anaknya pun tidak pernah membuat kegaduhan dan sering membantu ibunya untuk melakukan aktifitas rumah. Pak M menyebutkan bahwa pak J pernah tiga hari mencari penumpang tanpa henti untuk mengisi perut keluarganya.

Pagi itu cuaca memang sudah mendung, J sudah harus menarik penumpang dari jam delapan. Selama mengantar penumpang dari Tegalega menuju Gedebage tak ada kesulitan, ia selalu ikhlas mengantar meskipun dengan jarak yang tidak dekat. Namun naas, sore hari saat hendak pulang dari daerah Gedebage, hujan besar menyelimuti kota Bandung, membuat jalanan banjir dan macet.

J yang kala itu terjebak banjir di Gedebage pun dengan berat hati harus tidur di jalan karena tidak bisa pulang dan uang yang pas pasan membuatnya tak bisa mencari penginapan. Ia beranggapan, uang itu lebih baik digunakannya untuk keperluan keluarganya dibandingkan untuk mencari penginapan. Namun J selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT. agar segala urusannya dipermudah. Sehingga J pun tidak pernah merasa kurang dengan apa yang ia dapatkan.

Keluarganya pun selalu senantiasa mendukung dan tak pernah mengeluh dengan pendapatan J, karena mereka selalu bersyukur dengan pemberian Tuhan sehingga keluarga mereka selalu diliputi kebahagiaan meski hidup dengan pas pasan.

Dari cerita J kita dapat belajar bahwa kita harus selalu bersyukur dengan orang-orang di sekililing kita, karena hanya mereka lah satu satunya penyemangat di hidup kita dan jangan lupa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan-lah yang akan mempermudah jalan umatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline