Lihat ke Halaman Asli

Putri Wulandari

TERVERIFIKASI

English Tutor | Freelance Content Writer

Ketika Siswa Menangis, Guru Harus Bagaimana?

Diperbarui: 28 Agustus 2024   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya bekerja sebagai tentor bahasa Inggris untuk anak usia sekolah dasar, ada banyak kejadian yang terjadi dan membuat saya belajar banyak tentang psikologi siswa. Salah satunya adalah siswa menangis. 

Selama dua hari berturut-turut, saya sempat mendapati ada dua siswa privat saya yang menangis saat pembelajaran berlangsung. Keduanya sedang melaksanakan kelas bimbingan belajar di sore hari setelah pulang sekolah. Keduanya tiba-tiba menangis diam-diam tanpa ada suara. Saya tentunya tertegun selama beberapa saat dan mulai menyusun strategi untuk menghadapi keadaan ini.

Setelah berkomunikasi dan memberikan cukup waktu, ada beberapa hal yang menyebabkan mereka menangis saat pembelajaran. Untuk siswa pertama, dia merasa frustasi karena kelelahan dengan pembelajaran di sekolah. Jadwalnya setelah pulang sekolah terasa sangat padat dan dia kewalahan.

Anak yang murung dan menangis/Alodokter

Hal ini cukup berbeda dengan siswa kedua. Siswa kedua menangis karena merasa kesulitan untuk memahami pelajaran bahkan sebelum pelajaran tersebut saya mulai. Alasannya adalah semua teman-temannya dianggap sudah paham dengan pelajaran tersebut dan berbeda dengan dirinya.

Walaupun hal semacam ini sangat jarang terjadi, tangisan yang menjadi luapan emosi siswa juga harus menjadi hal penting yang tentor atau guru perhatikan. Menanganinya tentunya juga tidak sepele dan ada beberapa langkah yang cukup efektif.

Bagaimana menangani siswa menangis?

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat menghadapi siswa yang menangis saat pembelajaran berlangsung.

1. Tetap tenang

tetap tenang saat siswa menangis/Liputan6.com

Saat mengetahui bahwa siswa menangis, pastikan diri sendiri tenang terlebih dahulu. Saat menangis, siswa mengekspresikan apa yang dia rasakan. Entah itu sedih, frustasi, bingung, marah, dan perasaan lainnya.

Siswa yang mampu mengekspresikan perasaannya tentu lebih baik daripada siswa yang pasif. Saat siswa sedang mengekspresikan perasaannya ini, kita tidak boleh panik dan merasa takut. Kita harus tetap tenang agar siswa juga merasa lebih cepat tenang dan aman. Intinya, jangan panik. 

2. Cari penyebab dan validasi perasaan siswa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline