Bulan Ramadhan biasanya memiliki berbagai keunikan tersendiri. Mulai dari makanan, minuman, fenomena, hingga tradisi, banyak yang hanya terjadi di bulan Ramadhan. Berbagai keunikan ini bisa kita temukan di berbagai kota dan kabupaten yang ada di Indonesia. Salam satunya adalah tradisi Rontek Gugah Sahur di Pacitan.
Rontek Gugah Sahur adalah salah satu bentuk tradisi yang sudah lama ada di Pacitan. Rontek sendiri merupakan bentuk kesenian khas Pacitan dengan memukul kentongan yang berasal dari bambu hingga menghasilkan bunyi yang serempak dan enak didengar. Sedangkan Rontek Gugah Sahur sendiri adalah tradisi rontek yang biasa dilakukan pada pagi hari di bulan Ramadhan dengan tujuan membangunkan orang-orang untuk sahur.
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh kelompok pemuda yang ada di suatu daerah, entah itu mencakup satu lingkungan, dusun, atau desa. Para pemuda ini yang memang biasanya berkumpul untuk tadarus selepas sholat tarawih berjamaah akan berkumpul di satu tempat dan bersiap dengan berbagai alat. Puluhan hingga ratusan pemuda ini biasanya melengkapi diri dengan thethek bambu, kendang, bedhug, hingga gong.
Para pemuda rontek ini biasanya mulai berkeliling pada pukul setengah 2 dini hari. Tidak hanya membunyikan alat secara asal, mereka bahkan mempunyai banyak lagu yang bisa dimainkan agar masyarakat bangun untuk sahur sekaligus terhibur.
Namun sayangnya, kegiatan yang awalnya tradisi ini perlahan berubah menjadi ajang unjuk gigi dan eksistensi para pemuda. Tidak jarang, kelompok rontek ini keluar dari daerah asalnya dan bertemu dengan kelompok dari daerah lain hingga menimbulkan bentrok.
Saat saya berkesempatan untuk pulang kampung ke Pacitan, saya tidak mendengar adanya suara rontek sama sekali di saat sahur. Saat sahur hari kedua, saya hanya bisa mendengar suara rontek sayup-sayup. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu, atau saat sebelum pandemi. Rontek bahkan terkadang melewati depan rumah kami.
Bahkan, kata ibu saya, Rontek Gugah Sahur di daerah kami sudah sangat jarang terdengar karena rombongan rontek memilih untuk melewati jalan lain yang berujung bentrok. Hal ini dianggap sudah sangat biasa dan tidak sedikit masyarakat yang menganggap rontek bukanlah suatu tradisi lagi.
Karena rawan potensi bentrok, pemerintah pun mengambil langkah serius. Dilansir dari Pacitanku.com, petugas gabungan TNI, Polri, Satpol PP dan linmas diturunkan untuk menjaga keamanan selama Rontek Gugah Sahur. Beberapa kelompok rontek dihadang untuk tidak melewati batas desa. Walaupun biasanya terjadi adu dorong, rontek bisa berjalan lebih aman dan rukun. Para petugas juga menekankan bahwa Rontek Gugah Sahur adalah kegiatan yang membantu masyarakat agar bangun untuk sahur, bukan ajang unjuk kekuatan.
Saat ini, Rontek Gugah Sahur boleh dilakukan dengan syarat tidak melewati batas wilayah masing-masing. Dan bagi beberapa kelompok pemuda yang kerap bentrok, mereka harus puas dengan ketatnya pengawalan dari pihak berwajib selama Ramadhan.