Lihat ke Halaman Asli

Cara Benar Mengatasi Sakit Hati dan Emosi Negatif

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Emosi dan perasaan merupakan bagian tidak terisahkan dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah bisa kita lepaskan dari kehidupan kita. Bahkan dalam keseharian kita bisa mengalami lonjakan-lonjakan emosional yang beragam dan berubah-ubah.

Kita bahkan bisa mengalami kondisi emosional yang sangat intens dalam waktu yang sangat lama. Misalkan saja anda tersakiti karena kehilangan orang yang anda cintai, dihianati oleh orang yang anda cintai atau merasakan amarah berkepanjangan yang mengantarkan pada dendam kesumat yang berlangsung sangat lama.

Meski pun emosi dan berbagai macam perasaan (termasuk emosi negative dan perasaan tidak nyaman seperti sakit hati dan kecewa) merupakan bagian alami serta wajar manusia, namun seberapa lama kita mengalami kondisi tersebutlah yang akan menentukan apakah hal itu akan masih wajar atau tidak. Hal lain yang juga menentukan apakah emosi dan perasaan tersebut masih wajar atau tidak adalah, bagaimana kita mengekspresikanya.

Jika kita merasa tersakiti dan merasa kecewa, itu wajar selama kita masih menjalani kehidupan sebagai manusia normal dan masih menjalani keseharian kita yang manusiawi serta penuh dinamika. Namun jika kita merasakan sakit hati dan kecewa berkepanjangan yang sampai berlarut-larut, bahkan sampai menahun, hal tersebut tentu tidak bisa dikatakan normal lagi, karena hal itu bisa mengakibatkan berbagai macam gangguan mental yang parah seperti depresi, frustasi dan bahkan traumatisme.

Wajar pula kija kita mengalami berbagai emosi negative dan berbagai luapan kemarahan, ketakutan atau kesedihan. Tiap manusia pasti dan berhak mengalaminya. Namun emosi tersebut kemudian akan memiliki makna “baik” dan “buruk” untuk kita dan untuk orang-orang di sekitar kita berdasarkan bagaimana kita mengekspresikan emosi dan perasaan tersebut. Setiap orang berhak dan bisa marah, namun tidak semua orang yang marah kemudian ngamuk-ngamuk di hadapan public, kan?

Antara perasaan dan bagaimana perasaan tersebut diekspresikan merupakan dua hal yang berbeda. Bagaimana cara kita mengekspresikan perasaan kita cenderung merupakan kebiasaan yang kita bentuk dalam jangka waktu tertentu, dan oleh karenanya bisa kita biasakan ulang lagi. Kita bisa melatih cara kita dalam mengekspresikan emosi dan mengungkapkan apa yang sedang kita rasakan,

Hal ini berkaitan pula dengan bagaimana cara kita mengelola emosi dan perasaan kita, terutama bagaimana kita mengolah emosi negative dan perasaan tidak nyaman agar jangan sampai menjadi “penyakit” berkepanjangan yang pada akhirnya memunculkan berbagai emosi dan perasaan negative lain yang akan menyebabkan penumpukan emosi dan perasaan negative, yang tentu saja malah akan melipat gandakan dampak buruknya bagi kehidupan kita (dan orang lain).

Emosi negatif dan perasaan tidak nyaman merupakan dua bagian dalam diri kita yang umumnya dibenci dan dijauhi. Begitu kita merasakan rasa sakit hati, kecewa, sedih dan semacamnya kita ingin sesegera mungkin melepaskan perasaan-perasaan tersebut. Namun sayangnya, cara kita dalam mengupayakan keterlepasan dari “siksaan” tersebut sering malah memperparah suasana.

Jika emosi dan perasaan tidak nyaman (yang tidak anda inginkan) anda tekan terus menerus, anda abaikan atau anda berpura-pura tidak mengalaminya, anda hanya seperti sedang memelihara bom waktu yang bisa meledak kapan saja dengan daya ledak yang sangat dahsyat. Anda tentu mengenal seorang yang kelihatanya sangat sabar, namun sekali dia marah kemudian dia bisa sangat-sangat menyeramkan, bukan?

Anda tidak bisa melepaskan emosi negative dan perasaan tidak nyaman dengan hanya berpura-pura anda baik-baik saja, atau dengan menekan dan mengabaikan perasaan tersebut.

Namun, jika anda terlalu melepaskan perasaan dan emosi anda, membiarkanya terlampiaskan begitu saja tanpa anda kendalikan, anda justrus seperti sedang menyiramkan minyak ke dalam api. Jika anda membiarkan diri anda mengamuk karena anda marah, malah amukan anda tersebutlah yang akan membuat kemarahan anda menjadi-jadi.

Seperti mengendalikan aliran sungai, anda tidak boleh membendungnya terus menerus, namun anda juga tidak boleh membiarkan aliranya tidak terkendali.

Saat kita sedang berada dalam state yang diwarnai dengan berbagai emosi negative dan perasaan tidak nyaman (apa lagi yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama) kita akan cenderung memiliki “sensitifitas” yang lebih tinggi atau memiliki “daya magnet” yang membuat berbagai emosi negative dan perasaan tidak nyaman lain bisa muncul dengan sangat mudahnya. Kita menjadi mudah marah, mudah sedih, mudah tersinggung, mudah kecewa dan kemudahan-kemudahan lain dalam mengalami kondisi yang lebih buruk dari sebelumnya.

Semakin lama, lingkaran setan ini akan berlanjut terus sehingga kondisi mental dan emosional anda akan terus memburuk sementara daya pikir dan kemampuan fisik anda pun akan terpengaruh dengan terus berkurang kinerjanya.

Jika anda sudah berada dalam gejolak emosional yang semakin sulit dikendalikan, semakin memburuk seiring waktu dan semakin sulit anda pahami, saya kira anda sudah harus mulai memperhatikan kondisi sub conscious mind anda dengan melepaskan beban-beban emosional yang memberatinya dan emmberatkan keseharian anda.

Mungkin anda sudah terlalu lama tidak memberi perhatian pada kondisi emosional anda, pada perasaan anda sendiri, sehingga kemudian berbagai perasaan tidak nyaman dan emosi negative menumpuk dan membuat anda (sering) berada dalam kondisi emosional yang buruk.

Atau jika tidak, mungkin anda sudah terlalu lama membiasakan diri mengatur emosi dan perasaan anda dengan cara-cara yang malah “memperparah”.

Berkaitan dengan luka batin, trauma masa lalu, kekecewaan mendalam, rasa sakit hati yang tinggi, kemarahan dan dendam serta berbagai emosi negative lain, jika anda terus menyimpannya, anda seperti membiarkan luka yang terus menganga, membusuk dan menjadi makin parah. Salah satu metode psikoterapi yang sangat sederhana pelaksanaanya namun tidak sederhana dampaknya dalam mengelola semua “penyakit” ini adalah Forgiveness Therapy, yang akan membuat anda bisa “melepaskan” bukan menahan atau melampiaskan secara keterlaluan.

Saya menyusun sebuah tulisan dan panduan sederhana dalam mengelola emosi negative dan melepaskan beban serta kedukaan yang telah bertahun-tahun membuat anda tidak nyaman. Tulisan berupa Buku manual dan workbook tersebut merupakan pelengkap dari Audio Therapy Emotional Healing (dengan metode Forgiveness Therapy) yang bisa anda DOWNLOAD GRATIS DI SINI, semoga bisa membantu mendatangkan kebaikan dalam kehidupan anda.



Salam Bahagia …

PUTU YUDIANTARA

( TWITTER | FACEBOOK |WEBSITE | BUKU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline