Kritikus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu: ia dikenal sebagai seseorang-sastra. Menilik pengertian tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa kritikus adalah seseorang yang pandai memberikan pandangannya.
Menjadi kritikus bukanlah hal yang mudah diperlukan berbagai kajian, menumbuhkan pemikiran kritis, dan melihat permasalahan dari banyak sisi. Hal ini diperlukan agar proses pengkritikan dapat berjalan serta logis dan rasional. Namun kenyataannya, masih saja ada kritikus yang berpikir bahwa dirinya bisa, pandai, dan kritis padahal kritikannya tidak masuk akal.
Berbicara mengenai kritikus terkadang agak sedikit "ngeri" karena terkesan berkelas dan ditakuti. Padahal, menjadi kritikus tidak seperti yang orang lain pikirkan. Menjadi kritikus membuat kita menyadari bahwa tidak semua yang dilakukan di mata orang lain itu sempurna. Dengan menjadi kritikus pula, kita dituntut untuk membuka pikiran dan terus update dengan perkembangan berita masa kini.
Sejatinya kita pun dapat menjadi kritikus, dan tanpa sadar di kehidupan sehari-hari kita sudah menerapkan teori kritikus ini. Dengan menyampaikan pendapat entah itu pro atau kontra terhadap permasalahan yang ada seperti menolak kebijakan kampus, menolak pandangan rekan-rekan di kelas, itu sudah menunjukkan sisi kepribadian seorang kritikus.
Orang seperti ini harus berani mengungkapkan pendapat. Terkadang kita hanya memendam permasalahan yang ada karena takut dimarahi dan dikenakan sanksi sosial (dijauhi teman-teman, dibully,dll). Tentu hal ini menjadi permasalahan besar. Terlebih lagi ada saja kritikus yang anti-kritik.
Mengapa ada kritikus yang anti kritik? Mari kita kupas dulu akarnya. Mulai dari pengertian, anti kritik menurut saya terdiri dari 2 kata, yakni "anti" yang berarti mental,tidak menginginkan hal tertentu, tidak cocok dengan sesuatu, dll. Sedangkan kritik merupakan suatu aktivitas dalam menyampaikan pandangan terhadap suatu masalah. Maka, anti-kritik merupakan sikap yang tidak mau dikritisi atau diberikan pandangan yang berlawanan dengan pandangannya. Menjadi kritikus yang anti-kritik merupakan permasalahan besar. Anti-kritik merupakan sikap yang tidak-dan sangat ditentang.
Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita selalu berdampingan dengan hal baik maupun buruk. Kegiatan yang kita lakukan pun, meski kita lakukan dengan maksimal pasti saja ada yang kurang di mata orang lain. Perspektif orang lain yang berbeda dengan kita akan memicu terjadinya aksi kritisi. Namun, ketika kita mengkritik orang lain terkadang kita terlalu asyik hingga membuat orang yang kita kritik merasa tersinggung, dan kita semakin mudah mencari kesalahan orang lain. Balik lagi ketika kita yang dikritik, malah kita yang ikut-ikutan emosi.
Emosi ketika kita mendapatkan kritikan sejatinya bukan hal yang jaran. Karena kenyataannya, sebagai manusia pasti saja ingin dipuji dan didukung oleh orang lain.tak jarang seorang kritikus yang anti kritik di cap jelek atau negative karena emosi ketika balik diberikan kritikan.
Orang yang terbiasa mengkritisi tanpa menyadari bahwa mengkritik itu sebenarnya baik, maka ia akan menumbuhkan mindset bahwa kritik tanpa mencari solusi itu biasa saja.
Terkadang saking hebatnya seorang kritikus pun muncul ego dan hasrat untuk menjatuhkan orang lain. Sebaiknya, sikap anti-kritik kita ubah dan kurangi perlahan-lahan.
Pertama, kita harus berpikir dan menerima bahwa tidak semua hal yang menurut kita baik itu baik di mata orang lain, ketika kita tidak menerima kritikan orang lain sebaiknya pula kita berintrospeksi diri, terlebih lagi di lingkungan yang kita temui pasti banyak orang baru dari beragam karakter dan sisi psikologisnya, maka kita harus bisa beradaptasi dengan hal itu. Menjadi pendengar yang baik dan bersikap dewasa juga merupakan sikap yang perlu ditumbuhkan untuk menghindari anti-kritik.