membaca postingan sang Kuncen Orba yang sangat brilian dan keren, serta kondisi riil di masyarakat sekarang sudah saatnya kita semua sebagai pemilik Republik yang sah ini, berkoalisi menolak Jokowi dimana pun berapa.Tolak Jokowi, dan usir dari Bumi Nusantara, karena selama ini dia telah berbohong membohongi rakyat.
Sederhana saja, Ke chinaan dia saja dia tidak berani mengklarifikasi,
terus motif-motif dia dibalik proyek raksasa, Kek Monorel yang digoalkan ke Surjadjaja Family, KOnglo Hitam, dibalik Money Loundry Bank Suma, bertransformasi menjadi Sumarecon Group (artinya Bank Suma Rekondisi) mulai secara terang benderang mulai menjarah di proyek-proyek DKI.
belum lagi dia sendiri dan Ahok di Jakarta yang memancing-mancing anti Ras dan SARA saat pilkada Gubernur DKI dulu.
jadi sudah saatnya galang gerakan TOlak Jokowow secara masif dan Tolak PDIP karena mengkhianati amanat Rakyat !
kita dukung sodara kuncen orba memberikan kesadaran kolektif melalui postingan ini.
PDIP mentransformasi diri dari partainya Wong Cilik menjadi Partainya Wong Licik.
Sehingga ke depan kita akan menyaksikan Film The Raid Brandals itu, akibat gagalnya stimulan Jokowow Effect menjadi Jokowow Bengeeek...
Hahaha film yg sangat menarik...
Koalisi sebenarnya adalah agen asing dengan Kartel Cukong dibelakang PDIP mengusung Jokowow untuk menguasai Rezim ke depan secara utuh demi kepentingan kelompoknya dan bancakan atas kekayaan negara secara masif.
Fakta sekarang adalah Indonesia yang tidak pernah selesai dengan dirinya sendiri...
Adalah fakta juga bahwa China dan Amerika sangat berkepentingan atau berebut pengaruh terhadap siapa yang memimpin negeri ini...
Fakta juga bahwa banyak cukong yang telah memainkan peran, bahkan memainkan peran sebagai agen ganda demi eksistensi kelompoknya atas penguasaan Aset-aset penting Republik ini,
Jadi tidak heran, kalau banyak kepentingan bermain ditengah hajatan besar saat ini....
Kata kuncinya adalah Kepentingan, berebut pengaruh, dan eksistensi di masa depan. Jadi dalam perspektif itu, setiap pergerakan kecil di Internal kita dan eksternal bahkan regional serta kawasan menjadi indikator yang harus sangat dicermati, bukan saja oleh kita sendiri tapi oleh negara-negara yang berkepentingan disini serta kawasan.
Mencermati itu serta geliat kawasan adalah bahwa Indonesia ke depan butuh pemimpin yang bisa act sebagai Panglima Perang yang tidak berpikir linier, tapi bervisi ke depan untuk bisa mengemban amanat membawa bangsa ini bermanufer di tengah badai dengan penuh harga diri dan mampu membangun kesadaran Smart Collective rakyatnya serta mampu memberikan manfaat imbal untung bagi eksistensi dan kesejahteraan bangsanya.
Kuncinya bisa sederhana, Semakin kita mapan dan matang dalam berdemokrasi, dan semakin baiknya internal birokrasi di Dalam Negeri, maka Potensi meraih untung di Republik ini semakin mengkerut, mengecil bahkan untuk meraih keuntungan recehan pun di masa depan bagi negara seperti Singapore di sini akan menjadi sangat keringat, bahkan sangat berdarah-darah dan itu tidak baik bagi fokus mereka dalam membangun negerinya. Tidak seperti di masa lalu yang dengan gampangnya kita dikibuli, dan cukup bilang AKURAPOPO.
Sudah saatnya kita menerapkan kebijakan negara secara terang benderang, AKURABODO!
Melalui berlarutnya isu pencarian MH370, Indonesia sedang dipotret, dipetakan bukan lagi sekedar di intip, ditengah kebangkitan kesadaran kolektif kita membangun kekuatan minimum ketahanan negara. Sentimen negara lain itu dipicu karena efek kebangkitan NKRI ini akan menjadi ancaman bagi potensi sosial ekonomi politik (poleksosbudhankam) mereka di masa depan. Maka berbagai skenario pun bisa saja digunakan untuk memotret potensi ancaman mereka, termasuk membangun solidaritas Commonwealth dan sentimen kejayaan koalisi di masa lalu. Termasuk injeksi melalui strategi infiltrasi KARTEL CUKONG pada para CAPRES di Pemilu 2014.
Jadi, Patut diwaspadai bahwa bisa saja ada agenda khusus yang dimainkan dalam Kasus MAS MH370 sebagai upaya mengaktifkan solidaritas sesama jajahan Inggris, dan menjadikan kita sebagai ancaman dan musuh bersama; Indonesia harus bersiap menghadapi perang kolektif, sebagaimana Barat menggempur Timur Tengah dengan menerapkan berbagai isu. Indikasi sebagai upaya untuk menjarah NKRI bisa tampak nyata, akibat kita mengetatkan berbagai instrumen dalam negara seperti dalam bidang energi dengan UU Minerba yang baru, serta era kebangkitan Industrialisasi dalam negeri.
Fakta lain, China membangun armada tempurnya besar-besaran masif dan menimbun energi, disinyalir membangun endurance persiapan potensi peperangan besar jangka panjang. RRT bahkan meminta dan mendorong Indonesia berperan aktif memainkan peran kunci pada potensi konflik laut china selatan.
Fakta juga, AS membangun fokus di kawasan Asia Pasific, laut cina timur dan laut cina selatan, bahkan mempercepat penarikan pasukan dari Afganistan, Irak dan mengurangi jatah pasukan dikawasan lain, bisa jadi sudah dimobilisasi ke kawasan Asia Pasific ini, dimana perlombaan menimbun mesiu dan bedil-bedil negara-negara di kawasan ini memiliki rating melonjak yang sangat signifikan dalam belanja militer dunia. Belum lagi fakta, bahwa masih banyak sel-sel yang menurut Barat dipandang sebagai sel teroris, masih aktif meski tampak silent. Ada potensi konflik dan potensia keuntungan atas pengaruh dan penguasaan teritori yang menyimpan cadangan energi besar dunia ini.
Jadi membangun kekuatan Indonesia saat ini, sudah bukan lagi sekedar mengungguli Australia, Singapura, atau Malaysia, tetapi Indonesia harus memiliki strategi memenangkan pertempuran kawasan. Perang Semesta plus plus lah.
Potensi Indonesia dihabisi melalui skenario pertempuran kolektif sudah sangat nyata terang benderang. Pertempuran ke depan adalah Indonesia menghadapi peperangan kolektif dimana Indonesia dikeroyok rame-rame oleh Australia, Singapura, Malaysia, Papua Nugini, Brunei Darussalam, Filipina, bahkan Timor Leste.
Jadi Strategi ke depan adalah Indonesia harus memiliki Strategi pertempuran kolektif dengan Endurance mumpuni, sampai pertempuran gerilya head to head. Belajar dari pengalaman Afganistan, Irak, Suriah, digempur rame-rame, dihabisi dari segala lini, Internal dan Eksternal termasuk gempuran ideologi.
Lihat sekarang Turki menggeliat mulai di uyel-uyel dari dalam, Mesir yang akan terus dirongrong baik dari internal maupun eksternal bahkan mungkin ke depan skenario embargo bisa saja diterapkan untuk memperlemah dan memiliki ketergantungan tinggi kepada the invisible hand.
Pelemahan kita sekarang bisa saja menggunakan skenario yang sama seperti yang diterapkan di Mesir, Suriah maupun Turki karena memang Potensi itu ada dan menguat dari hari ke hari, dan semakin solid ke depan.
Jadi potensi keruntuhan secara Internal dan Eksternal secara kolektif sudah sedang terjadi disini.
Ini patut kita renungi bersama...!
Langkah awal untuk itu semua adalah berebut pengaruh terhadap Calon Pemimpin Indonesia ke depan apalagi jika Calon pemimpin itu sudah memiliki ketergantungan imbal jasa dalam memenangkan Pemilu 2014 saat ini. Dan Negeri pun tergadai.
Ancaman Pemilu 2014 menjadi ajang lelang kek ‘Pegadaian’ menyelesaikan masalah dengan masalah baru di depan mata jadi sadarilah sekarang, jangan sampai kita baru tersadar nanti, jika semua kebijakan dalam dan luar negeri yang diambil Pemimpin kita dibawah kendali asing, akibat kita salah pilih di Pemilu sekarang.
Mari sebagai anak bangsa kembangkan kesadaran kolektis kita melalui tagline: AKURABODO!
Saatnya Rakyat bertindak, bersuara untuk mendorong Gantung Jokowow di Monas, karena telah menjadi master mind koruptor berjamaah baik di Solo maupun DKI.
Gantung Jokowow di Monas !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H