Lihat ke Halaman Asli

I Putu Merta

Karyawan Swasta

Hukum Sebab Akibat

Diperbarui: 23 Juni 2022   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kisah Petapa Telanjang Jambuka 1.

PERBUATAN JAHAT JAMBUKA PADA MASA LAMPAU.

Dalam masa Buddha Kassapa, seorang kaya dari sebuah desa di daerah perbatasan membangun sebuah vihàra untuk seorang bhikkhu. Ia secara rutin memberikan dàna makanan, jubah, tempat tinggal, dan obat-obatan—empat kebutuhan bhikkhu kepada bhikkhu yang menetap disana. Bhikkhu itu juga secara rutin mengunjungi rumah si orang kaya untuk makan setiap hari.

Suatu hari, seorang bhikkhu senior yang adalah seorang Arahanta, sedang mengumpulkan dàna makanan, dan tiba di pintu gerbang rumah si orang kaya. Si orang kaya tersebut sangat terkesan dengan sikap bhikkhu tersebut, sehingga ia mengundangnya untuk masuk ke rumahnya dan mempersembahkan makanan dengan penuh hormat dan berkata:

“Bhante, terimalah sepotong kain ini untuk digunakan sebagai jubah setelah dicelup dan dijahit; rambutmu juga sudah cukup panjang; aku akan membawakan seorang tukang cukur dan tempat tidur untukmu ke vihàra.”

Bhikkhu yang menetap di vihàra itu melihat bagaimana penuh hormatnya si orang kaya tersebut terhadap bhikkhu Arahanta tersebut. Ia dikuasai oleh pikiran jahat yaitu rasa iri hati sehubungan dengan dàna yang diperoleh bhikkhu Arahanta. Ia merasa terluka dan tertekan, berpikir:

 'Orang kaya ini lebih menghormati bhikkhu yang baru ia temui daripada aku yang setiap hari mengunjungi rumahnya untuk makan.'

 Ia kembali ke vihàra dengan perasaan marah.

Bhikkhu tamu itu yang adalah seorang Arahanta mengikuti si bhikkhu tuan rumah ke vihàranya. Ia mencelup dan menjahit potongan kain yang didanakan kepadanya oleh si penyumbang vihàra yang kaya raya kemudian ia duduk mengenakan jubahnya; si orang kaya tiba dengan membawa seorang tukang cukur yang akan mencukur rambut bhikkhu Arahanta tersebut.

Si orang kaya mempersiapkan tempat tidur yang ia bawa dalam keadaan siap pakai dan mengundang bhikkhu tersebut untuk beristirahat di atas tempat tidur tersebut. Kemudian setelah mengundang kedua bhikkhu tersebut untuk makan keesokan harinya, ia pulang ke rumah.

Bhikkhu tuan rumah begitu dikuasai oleh rasa dengki terhadap bhikkhu tamu sehingga ia mendatangi bhikkhu Arahanta yang sedang beristirahat, dan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yang kasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline