Berdasarkan etimologinya, kata komunikasi berasal dari dari bahasa Latin yaitu kata com berarti bersama-sama dan unio berarti persatuan. Dari etimologi tersebut Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. (2011:31) menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan interfrensi.
Sedangkan Fisher dalam Wiryanto (2000:5) mengatakan komunikasi sebagai alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesianambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya.
Begitu juga Wilbur Schramm (1963) dalam Wiryanto menjelaskan merupakan suatu tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima dengan bantuan pesan agar penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang member arti pada pesan dan symbol yang dikirim oleh pengirim dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.
Dalam garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil apabaila antara komunikan dan komunikator saling memahami informasi yang diberikan dan mengandung tafsiran yang sama yang didalamnya terkandung unsur-unsur komunikasi diantaranya pengirim (komunikator), penerima (komunikan), pesan (message), media/saluran (chanel), gangguan (noise) dan efek (feedback).
Berbicara tentang komunikasi secara umum maka akan sangat berhubungan erat jika membicarakan komunikasi hindu. Komunikasi Hindu tidak bisa dilepaskan dari tradisi India Kuno. Model komunikasi Hindu yang dibangun oleh Bhattacharya disebut dengan Sadharananikarana.
Model komunikasi ini dalam perspektif modern dikembangkan oleh Nirmala Mani Adhikary dari Nepal. Model komunikasi Hindu Sadananikaran memiliki karakteristik yang spesifik, karena selain sifatnya dapat melakukan penyampaian pesan secara horizontal dengan sesama manusia juga bersifat vertikal yang berkaitan dengan komunikasi dengan kekuatan supranatural.
Komunikasi model Barat yang banyak mempengaruhi pola komunikasi di nusantara selama ini sifatnya linier, sedangkan komunikasi model sadananikaran tidak mengindikasikan adanya linieritas. Komunikasi yang dibangun oleh model sadananikaran berupaya membangun oneness, yakni penyatuan dari mereka yang melakukan komunikasi.
Komunikasi model sadananikaran cenderung memposisikan aspek rasa dalam proses penyampaian pesan. Komunikasi yang berhasil dalam model sadananikaran ketika komunikator dan komunikan memiliki kesamaan rasa dalam proses komunikasi. Aspek rasa memiliki peran yang sangat penting dalam membangun keberhasilan komunikasi (Ardhi, 2014).
Ardhi menjelaskan dalam bahan ajar mata kuliah Kompilasi Pemikiran Komunikiasi Hindu (2014) bahwa membangun komunikasi yang berbasis ajaran Hindu dengan model sadaranikaran memiliki sejumlah tahapan seperti:
(1) Sahridaya (sahridaya) yaitu mereka yang terlibat dalam proses komunikasi seperti preshaka (sebagai pengirim pesan) dan prapaka (sebagai penerima pesan);
(2) Bhava (eksistensi, emosi, perasaan, sikap);
(3) Abhiviyanjana (ekspresi atau encoding);
(4) Sandesha (pesan atau informasi);
(5) Sarani (saluran);
(6) Rasasvadana (penerimaan pesan pertama atau decoding dan interpretasi pesan dan akhirnya penerimaan rasa);
(7) Dosha (gangguan);
(8) Sandarbha (konteks); dan
(9) Pratikriya (proses umpan balik). Kesembilan tahapan tersebut merupakan elemen-elemen dasar dalam mendukung proses komunikasi menurut ajaran Agama Hindu.
Jadi berkaitan dengan komunikasi umum dan komunikasi Hindu diketahui 9 bahwa keduanya memiliki makna yang sama namun dengan istilah yang berbeda. Tetapi komunikasi Hindu identik pada bhawa atau rasa yang muncul dari proses komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H