Lihat ke Halaman Asli

Hobi Keluyuran ABG Alay dan Cabe-cabean

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14043710122048279446

Setiap melintasi daerah Kanal Banjir Timur (BKT) Cipinang Besar Utara, saya sering melihat populasi mereka yang wara-wiri keluyuran tanpa mempedulikan keselamatan lalu lintas dan terkesan gaya-gayaan. Fenomena tersebut cukup meresahkan karena kegiatan kongkow mereka hampir selalu dilakukan setiap hari (kecuali saat hujan) dan berlangsung dari sore hingga larut malam.

Sebagai informasi dan berdasarkan pengalaman pribadi, setiap malam minggu jembatan BKT selalu dipenuhi oleh banyak motor kaum alay yang "sengaja" diparkir melintang dan akhirnya menyebabkan ketersendatan ketika mobil ingin melintas. Melihat mereka yang berkendara motor tanpa helm, berboncengan hingga 3 orang, asyik pacaran, duduk-duduk di trotoar (terkadang) sambil merokok dan menyisakan sampah dimana-mana adalah beberapa alasan mengapa saya membuat tulisan ini.

[caption id="attachment_346113" align="aligncenter" width="480" caption="Ada penampakan motor ALaY (ban cacing)"][/caption]

Dapat dipahami bahwa masa ABG memang biasanya seru dan menyenangkan. Banyak hal yang bisa dilakukan dan masa ABG sering juga disebut sebagai fase pencarian jati diri. Sekedar berbagi cerita, masa ABG saya tergolong biasa saja dan jauh berbeda dari mereka yang hobinya keluyuran.

Di usia 12 tahun, Ibu yang menjadi single fighter setelah Ayah meninggal dunia adalah alasan kuat bagi saya untuk berusaha menjadi anak baik-baik, yang at least tidak merepotkan keluarga. Saat itu saya sudah cukup paham bahwa bergaul dan bersosialisasi itu perlu. Namun apakah perlu dilakukan hingga larut malam? Saya rasa tidak, karena malam hari adalah family time bagi keluarga saya.

Untunglah saya paham kesulitan orang tua untuk menafkahi dan membekali anaknya agar memiliki masa depan yang lebih baik. Hal itu saya pelajari ketika beberapa kali menemani Ibu pergi ke Pegadaian untuk menggadaikan perhiasan ketika kondisi keuangan keluarga sedang kurang baik.

Kini saya juga bersyukur karena dulu tidak dibelikan motor dan disarankan agar naik bis kota ketika perlu transportasi untuk berangkat ke tempat les bahasa Inggris, main ke rumah teman atau terkadang pergi ke mall untuk main di Timezone dan baca buku di Gramedia. Bis kota yang hanya beroperasi hingga jam 9 malam cukup efektif sebagai reminder agar saya ingat waktu untuk segera pulang ke rumah.

Bayangkan jika dulu saya dibelikan motor sebelum usia layak SIM, kemungkinan menjadi seperti anak-anak BKT yang kerap "lupa waktu" tentu lebih besar.

Disini saya memang bukan orang yang berkapasitas atau expert untuk menilai apakah kegiatan anak-anak BKT itu positif atau negatif. Namun demikian saya termasuk orang yang percaya bahwa family time itu penting dan berpendapat lebih baik menghabiskan waktu malam di rumah bersama keluarga dibandingkan kongkow atau keluyuran bersama teman-teman di tempat umum yang seharusnya tertib.

Seandainya semua orangtua hanya memperbolehkan anaknya membawa motor jika sudah memiliki SIM dan senantiasa menanamkan family values yang baik, saya yakin hal-hal tersebut cukup efektif dalam mengurangi hobi keluyuran ABG alay dan cabe-cabean seperti yang dapat ditemui di sekitar BKT.

Salam Kompasiana.

Referensi [1] [2] [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline