- [caption id="attachment_384951" align="aligncenter" width="470" caption="Brosur Datsun Go, Dok. Pribadi"][/caption]
Datsun Go sebenarnya sudah bukan mobil asing lagi bagi saya. Setiap berangkat-pulang kantor, mobil tersebut sering saya jumpai di jalan raya. Saat pameran mobil September lalu, saya juga sempat mengambil brosur dan price list-nya. Minggu pagi (21/12/2014), terdapat 7 unit Datsun Go yang sudah terparkir rapi dan siap diujicoba para Kompasianers. Bagi saya sendiri, terpilih jadi peserta Tantangan Hemat ini terasa menyenangkan. Pasalnya, SIM A saya akan habis masa berlakunya bulan depan. Untunglah acara ini digelar di bulan Desember sehingga saya bisa lolos ketentuan panitia.
Awal tahun ini, seorang analis riset di kantor pernah cerita prediksinya ke saya, Datsun bisa saja mengulang sukses masa lalu melalui varian Go dan Go+ ini. Hasilnya ternyata cukup akurat, penjualan Datsun bisa menembus angka yang lumayan untuk level pendatang baru. Gaikindo mencatat, Datsun Go+ berada di peringkat 11 untuk mobil terlaris bulan Oktober 2014 dengan capaian lebih dari 2800 unit. Setelah pembagian tim oleh panitia, pengundian menjodohkan kami dengan Datsun Go Panca yang berwarna abu-abu.
Tantangan hemat ini berhasil membuat peserta harap-harap cemas. Sejak start dilakukan di Palmerah, aroma kompetisi lumayan terasa saat saya menjadi co-driver. Sesama peserta saling uji kemampuan menyetir secara efisien. Rekan satu tim, Mas Harris Maulana yang kebetulan tinggal di daerah Bogor, berhasil membawa kami finis pertama di checkpoint I (Taman Budaya). Saat kap mesin dibuka, terlihat beberapa komponen dengan label Nissan. Sesuai penjelasan Mas Jibril dari Kompas Otomotif, merek Datsun memang berada di bawah manajemen Nissan yang telah memiliki segmen pasar yang lebih luas.
Satu hal yang menarik pada tantangan ini, hampir semua peserta menggunakan strategi sersan (serius tapi santai). Ketika etape ke-2 dimulai, saya berkesempatan untuk mengendarai langsung mobil ini. Tenaga Datsun Go, seperti yang sering saya dengar di iklan radio, ternyata cukup responsif karena memiliki mesin 1.2l yang sama dengan Nissan March. Beberapa saat sebelum sampai TMII, indikator di hadapan saya menunjukkan angka 22.6 km/liter. Tanpa basa-basi, kami langsung mengabadikan momen tersebut ke Twitter dengan hashtag #KompasianadriveNride.[caption id="attachment_384960" align="aligncenter" width="470" caption="Konsumsi BBM Tembus 22.6Km/liter, Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption id="attachment_384971" align="aligncenter" width="470" caption="Komponen Nissan dalam Kap Mesin Datsun Go, Dok. Pribadi"][/caption]
Untuk kategori mobil dengan transmisi manual, pengoperasian fitur Datsun Go cukup user friendly seperti mobil-mobil Jepang pada umumnya. Ada fitur berkendara yang cukup unik dimana rem tangan berada di dashboard. Saat diajak berkecepatan agak tinggi, Datsun Go Panca terasa stabil hingga 80 km/jam. Berdasarkan pemaparan di artikel rekan Fajr Muchtar yang menjadi Headline pagi ini, sikap dan pengetahuan berkendara memang merupakan kunci penting untuk menjadi eco-driver. Di samping faktor pengendara, kesesuaian BBM dan pengecekan rutin bisa menambah efisiensi mobil.
Naik turunnya angka di indikator konsumsi BBM dapat dipengaruhi kondisi jalan. Saat menuju ke Hotel Santika, keberhasilan saya menembus rata-rata 22.6 km/liter termotivasi oleh tantangan makan enak yang merupakan bagian dari rangkaian acara. Di Krakatau Restaurant, kami disuguhkan berbagai pilihan menu makanan dan minuman yang variatif dan maknyus. Selain diiringi alunan musik tradisional sunda, terdapat pula outdoor area bagi peserta maupun panitia yang ingin merokok. Sesi tanya jawab dimanfaatkan secara baik oleh peserta untuk mengenal kelebihan satu-satunya hotel bintang 3 di Jakarta Timur ini.[caption id="attachment_384969" align="aligncenter" width="470" caption="Stiker Nissan Genuine Oil untuk Service Berkala, Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption id="attachment_384965" align="aligncenter" width="470" caption="Tampilan Dalam Krakatau Restaurant, Dok. Pribadi"]
[/caption]
[caption id="attachment_384961" align="aligncenter" width="470" caption="Tantangan Makan Enak di Krakatau Restaurant - Hotel Santika, Dok. Pribadi"]
[/caption]
Gerbang JORR etape ke-3 sengaja tidak dilintasi oleh pengemudi guna mengukur tingkat keiritan Datsun Go pada kondisi jalan yang padat. Meskipun demikian, hal tersebut bukan menjadi kendala yang berarti. Datsun Go Hatchback kami akhirnya bisa juara I dengan perolehan 18.9 km/liter. Di kantor Kompasiana, seluruh unit diparkir rapi seperti semula. Kami pun menuju lantai 6 untuk sesi yang paling dinantikan alias pembagian hadiah. Saya, Mas Harris dan Mas Rahab akhirnya berujung pada pembagian 'harta gono-gini' dengan prosentase sama.Overall, acara ini benar-benar seru dan menyenangkan. Banyak tips berkendara yang sangat bermanfaat untuk lebih jauh mengenal konsep eco-driving. Buat saya yang pecinta otomotif, pengalaman ini bisa diterapkan untuk berkendara sehari-hari. Kesimpulannya, challenge accepted dan Datsun Go memang irit!
[caption id="attachment_384974" align="aligncenter" width="470" caption="Foto Bareng Mas Rahab & Mas Harris, Dok. Pribadi"]
[/caption]
Salam Kompasiana dan Selamat Hari Ibu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H