Lihat ke Halaman Asli

Pariwisata untuk Bali atau Bali untuk Pariwisata?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13568531201394470027

Apa yang kita pikir ketika mendengar nama Bali? Tentu saja tempat yang indah, pulau kecil dengan sebutan pulau seribu pura, Pantai Kuta, Sanur, dan lain-lain. Iya Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata Indonesia yang terkenal di luar negeri. Setiap tahun banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali. Bali kini menjadi tempat pariwisata terbaik dunia, bersaing dengan tempat-tempat yang lain.

Sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu investasi penting yang ada di Bali. Banyak hotel, villa, dan infrastruktur yang lain dibangun untuk mendukung investasi di sektor pariwisata. Tidak salah memang jika itu dilakukan karena memang pariwisata menyumbang bagian yang signifikan untuk PAD Bali. Pajak hotel, pajak restoran, dan pajak air tanah merupakan salah satu pos penting yang dipergunakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Pariwisata juga mampu mengenalkan budaya dan adat istiadat masyarakat lokal Bali. Tentu saja keindahan alam bali juga ikut dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain itu, pariwisata tentu saja banyak menyerap tenaga kerja. Baik itu pekerja di sektor formal ataupun informal. Dalam hal ini secara tidak langsung pariwisata telah menggerakkan ekonomi lokal di Bali. Itu adalah beberapa ulasan singkat tentang pentingnya pengembangan pariwisata di Bali.

Namun bagaimana pariwisata sekarang yang ada di Bali? Mari kita lihat dari berbagai sudut pandang. Pada awalnya, masyarakat Bali adalah masyarakat agraris. Hidup dari pertanian. Kemudian pada tahun 1980 pariwisata mulai berkembang di Bali. Masyarakat agraris ini kemudian harus “bermigrasi” dari pertanian ke industri pariwisata. Meskipun masih ada juga masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dampaknya adalah pertanian yang pada mulanya adalah penggerak ekonomi lokal kini digantikan oleh sektor pariwisata. Untuk menunjang pariwisata, lahan-lahan pertanian diubah menjadi infrastruktur pariwisata. Tentu saja untuk membangun infrastruktur pariwisata dibutuhkan adanya modal, hal inilah yang mendorong munculnya investor di Bali. Pada tahun 1990 pariwisata di Bali mulai bangkit. Hotel bertaraf internasional, infrastruktur jalan, dan kawasan pariwisata mulai dibangun. Pada saat inilah kawasan Kuta, Nusa Dua, Sanur menjadi tempat yang terkenal. Bali mulai dikenal sebagai destinasi pariwisata dunia. Pariwisata mulai mendorong Bali menjadi daerah yang maju.

Namun kini, pariwisata telah merubah wajah Bali secara keseluruhan. Banyak permasalahan yang katanya disebabkan oleh pariwisata. Meskipun harus kita akui pula bahwa pariwisata tetap menyumbang bagian yang besar pada pendapatan asli daerah. Permasalahn tersebut antara lain

1.Permasalahan tata guna lahan

Pengembangan kawasan pariwisata di Bali terlalu terpusat pada daerah Bali selatan. Infrastruktur pariwisata disana terlalu banyak tanpa diimbangi dengan pengembangan infrastruktur transportasi. Akibatnya mulai terjadi kemacetan. Hal inilah yang mendorong pemerintah membangun underpass di bawah patung Dewa Ruci dan Jalan Tol Perairan yang menghubungkan Nusa Dua dan Benoa. Dan masalah pun muncul lagi. Proyek Jalan Tol Perairan tersebut harus mengorbankan ekosistem hutan mangrove yang terdapat pada lokasi proyek. Sekarang kembali muncul masalah lingkungan. Proyek ini terutama ditolak oleh WALHI Bali. Seharusnya pemerintah daerah memperhatikan permasalahan tata guna lahan ini. Moratorium untuk penghentian pembangunan hotel dan resort juga mungkin dapat dilakukan. Pemerintah harus jelas mengatur tata guna lahan di kawasan Bali selatan.

2.Permasalahan RTRW Bali

Saat ini di Bali terjadi perdebatan mengenai rencana tata ruang wilayah. Banyak pihak yang ingin merevisi peraturan ini. Tata ruang wilayah di Bali tidak pernah jelas menyebutkan mana daerah pengembangan pariwisata dan mana kawasan suci untuk pura. Semua dicampur aduk menjadi satu sehingga penentuan tata ruang wilayah Bali tidak pernah selesai. Dalam hal ini, pemda sebaiknya berkoordinasi dengan semua pemkab yang ada di Bali. Setiap kabupaten memiliki kepentingan yang berbeda dalam rencana tata ruang wilayah bali ke depan. Dalam RTRW harus jelas mana daerah pariwisata, mana daerah tempat suci, dan mana daerah ekosistem alami yang tidak boleh dipakai untuk kegiatan pariwisata.

3.Permasalahan SDM masyarakat Bali

Pengembangan pariwisata di Bali hendaknya diikuti dengan pengembangan SDM masyarakat. Masyarakat asli Bali harus dapat berpartisipasi lebih tinggi lagi dalam sektor pariwisata. Pemberdayaan dari sisi kemampuan berwirausaha harus dikembangkan karena begitu banyak potensi ekonomi yang muncul dari pariwisata. Jangan sampai masyarakat Bali hanya bisa mendapat keuntungan dengan menjual tanah sawah saja kepada investor. Keuntungan yang didapat harus lebih dari itu.

Bali yang kini maju dari sektor pariwisata tentu saja berbeda dengan Bali yang dulu dengan sistem agrarisnya. Dengan pariwisata kita berharap semua masyarakat Bali menikmati hasil pariwisata tersebut. Tidak hanya dinikmati oleh investor dengan modal yang besar saja. Bagaimanapun Bali bukan hanya untuk hari ini, tetapi masih ada banyak hari esok untuk Bali. Mari kita ajukan pertanyaan untuk pemerintah daerah Bali dan masyarakat Bali itu sendiri “Pariwisata Untuk Bali atau Bali Untuk Pariwisata?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline