BOGOR -- Salah satu universitas terbaik di Indonesia, IPB University menggelar kuliah tatap muka secara resmi dengan protokol kesehatan yang ketat. Pertemuan tatap muka dilaksanakan menggunakan metode blended learning yang mana menggabungkan strategi tatap muka di ruang kelas dan pembelajaran jarak jauh atau daring (online).
IPB mengawali pertemuan tatap muka dengan diadakannya tematik dalam rangka meningkatan skill (keterampilan) mahasiswa sebelum memasuki tahun ajar semester genap. Pelatihan ini dilakukan untuk menggantikan kesempatan praktikum yang hilang di semester-semester sebelumnya.
Terhitung sudah tujuh minggu pertemuan yang dilaksanakan oleh mahasiswa IPB sejak memasuki tahun ajar semester genap dengan metode blended learning ini. Banyak pro dan kontra yang terjadi di kalangan mahasiswa terkait pertemuan tatap muka tersebut.
"Seneng sih pertemuan tatap muka ya walaupun masih hybrid, tapi seengganya ngga daring terus. Karena kita juga perlu banget bersosialisasi secara langsung dan kadang tuh kalau daring terus kebanyakan ngga ngerti materinya, jadi harus bener-bener ngulik," ujar salah satu mahasiswa IPB, Ratu, pada Selasa (01/03).
Ratu mengungkapkan bahwa pertemuan tatap muka dinilai sebagai harapan baru bagi mahasiswa yang sulit mengerti dengan pembelajaran daring. Ia juga berkata bahwa dunia pendidikan harus segera beradaptasi dengan Covid-19.
Masih terdapat mahasiswa yang kontra terkait hal tersebut, walaupun pembelajaran tatap muka dinilai lebih efektif. Mahasiswa yang kontra berpendapat bahwa kondisi pandemi saat ini masih sangat mengkhawatirkan.
"Sebenernya sih aku setuju banget kalau keadaan memungkinkan, tapi untuk sekarang kayanya ngga dulu, ya. Kasus omicron juga lagi naik, ngeri juga sih kalo maksain. Apalagi kan waktu itu sempet banyak mahasiswa IPB yang kena kan," ujar Citra, salah satu mahasiswa SV IPB yang diwawancarai pada Selasa (01/03).
Statement di atas didasarkan pada kekhawatiran karena kasus omicron di Bogor sedang melonjak. Pertemuan tatap muka dikhawatirkan menjadi klaster penularan baru terhadap virus omicron yang memang cepat penyebarannya. Ia juga berpendapat bahwa perlu banyak pertimbangan akan perkuliahan tatap muka tersebut.
Di luar pro dan kontra di atas, kasus omicron diharapkan menurun khususnya di lingkungan kampus. Semoga pemerintah dan pihak kampus mengeluarkan kebijakan yang terbaik untuk semua orang demi kemajuan pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H