Stasiun TV pastinya memiliki konten siaran, dimana konten siaran inilah yang akan menjadi daya tarik bagi pemirsanya yang dinilai dengan rating program.
Semakin tinggi ratingnya berarti semakin banyak pemirsa di suatu area yang menonton siaran yang ditayangkan stasiun TV tersebut atau dengan kata lain sangat diminati. Saat ini tentunya stasiun TV telah memiliki konten siaran yang beragam dimana dibuat dengan tujuan tidak hanya untuk menarik minat pemirsanya, tetapi juga mendapatkan pendapatan/finansial.
Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikenal dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih berkembang dan belum mencapai titik jenuhnya. Kemajuan teknologi itu sendiri memunculkan sejumlah penemuan dan inovasi baru. Hal ini juga mempengaruhi kemungkinan revolusi dalam metode informasi dan distribusi data berbasis audio-visual saat ini.
Televisi, salah satu TIK, dimungkinkan oleh teknologi audio-visual untuk memenuhi kebutuhan publik akan informasi dalam bentuk yang lebih menarik secara visual. Dengan prakiraan 180--190 juta orang yang menjadi basis penggunanya di Indonesia menempatkannya sebagai media dengan tingkat penetrasi tertinggi di negeri ini.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa fungsi tersebut mudah diterima (acceptable), mudah dilakukan, dan mudah beradaptasi (adapted friendly) di semua lapisan masyarakat. Menonton televisi telah menjadi kegiatan sehari-hari yang sering kita terima sebagai kebangkitan teknologi, seperti halnya telah dapat mempengaruhi tindakan manusiawi seperti menyikat gigi dan mandi.
Karena teknologi penyiaran televisi digital lebih efisien, perpindahan dari teknologi analog ke digital lebih kepada upaya efisiensi penggunaan infrastruktur (dengan memungkinkan penggunaan shared tower) dan pita frekuensi (bandwidth) untuk menyeimbangkan permintaan penggunaan frekuensi yang sangat tinggi.
Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk siaran televisi digital, meniadakan kebutuhan untuk mengubah pita alokasi baik untuk VHF atau UHF. Hal ini membuat penyiaran televisi digital lebih efisien dalam hal pemanfaatan spektrum dibandingkan penyiaran televisi analog.
Pada kenyataannya, keuntungan dan kerugian dari suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan. Secara teknis, teknologi digital lebih unggul dari analog karena tahan terhadap noise dan efek Doppler yang umum di televisi analog.
Jika pemerintah tidak cermat membuat pembatasan migrasi di era digital ini, migrasi ini dinilai merugikan perusahaan media kecil, setidaknya dari perspektif industri media. Proyeksi digital yang dianggap terlalu agresif tentu akan menjadi ancaman serius bagi pertelevisian Indonesia, khususnya TV lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H