Lihat ke Halaman Asli

Putri Lestari

Pelajar/Mahasiswa

Pengaplikasian 10 Muwashofat Muslim sebagai Akhlak dalam Kehidupan Berorganisasi, Bernegara, dan Berbangsa

Diperbarui: 3 Januari 2024   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Akhlak 

Dalam berkehidupan sehari-hari manusia sejatinya memiliki sifat bawaan atau sifat naluriah yang sudah ada bersama mereka sejak lama. Sifat naluriah ini dapat terbentuk melalui didikan orangtua sejak dini atau dari lingkungan sekitar, dan hal yang sudah ada sejak dini inilah yang kita sebut sebagai akhlak. Kata akhlak berasal dari bahasa arab 'khalaqa' yang artinya menciptakan.

Akhlak sendiri terbagi menjadi dua, yakni akhlak baik dan akhlak buruk. Akhlak yang baik memiliki peran sentral dalam ajaran islam, yang didalamnya terkandung pula sepuluh muwasofat muslim atau sifat-sifat baik dalam akhlak yang dijelaskan dalam agama islam bagi kaum muslimin. 

Sifat-sifat ini dikenal juga sebagai "Al-Muwasofat Al-Ashru," yang merupakan panduan bagi umat muslim untuk mengembangkan karakter yang baik dan luhur dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Akhlak buruk merupakan suatu ketidak positifan yang dimiliki oleh seseorang. Adapun perilaku yang termasuk dalam akhlak buruk diantaranya adalah berkata kotor dan tercela, tidak berkata sesuai fakta, suka menyakiti orang lain, gemar menyebar berita bohong, dan masih banyak lagi.

10 Sifat Baik yang  Dimiliki Seorang Muslim

Menurut buku yang berjudul "10 Syarah Muwashofat" yang ditulis oleh Muhammad Husain Isa Ali Manshur, terdapat sepuluh macam muwashofat yang harus dimiliki oleh setiap muslim, diantaranya :

  • Salimul Aqidah, yakni memiliki arti aqidah yang bersih. Bersih disini memiliki arti segala sesuatu yang orang tersebut lakukan semuanya tulus karena rasa hormat dan taatnya pada Allah SWT.
  • Shahihul Ibadah, berarti ibadah yang benar, beribadah sesuai dengan tata cara yang telah diperintahkan oleh Allah SWT tanpa mengurangi atau menambahkan tahapan-tahapannya.
  • Matinul Khuluq, berarti akhlak yang kokoh, tidak mudah digoyahkan oleh keadaan atau lingkungan sekitar. Serta menjadi pribadi yang siap menghadapi kondisi apapun yang diberikan oleh Allah SWT.
  • Qowiyyul Jism, berarti kuat secara jasmani. Yakni dapat diterapkan melalui pola makan yang sehat, melakukan olahraga secara rutin, serta menhindari makanan-makanan yang meberikan mudharat atau keburukan bagi tubuh seseorang.
  • Mutsaqqoful Fikri, berarti kecerdasan dalam berpikir, hal ini sangat dibutuhkan dalam pribadi seorang muslim, agar kelak seorang muslim dapat menghindar dari kebathilan dan cepat tanggap untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang sedang dihadapinya.
  • Harisun 'Ala Waqtihi, berarti pandai menjaga waktu. Sebaik-baiknya seorang muslim, ialah orang yang tidak menyia-nyiakan waktunya untuk kemudhorotan, dan terlena oleh kenikmatan dunia. Konteks dari sifat ini adalah sesorang yang dapat menghargai dan menggunakan waktunya untuk senantiasa beribadah pada Allah SWT.
  • Munazzhamun Fi Syu'unihi, yang memiliki arti teratur dalam urusannya. Yakni melakukan segala sesuatu secara terstruktur dan berurut, serta tidak bahkan menghindari mengerjakan suatu hal secara terburu-buru.
  • Qodirun 'Alal Kasbi, berarti kemandirian, kemandirian sendiri memiliki arti menyelesaikan semua tugas maupun kewajibannya sendiri, serta senantiasa bertanggung jawab dan menerima segala macam konsekuensi dari kesalahan telah ia lakukan baik secara disengaja ataupun tidak.
  • Naafi'un Lighoirihi, berarti bermanfaat bagi orang lain, bermanfaat disini tentunya dalam kebaikan dan buka keburukan. kebermanfaatan seseorang dapat dinilai dari banyak sisi, mulai dari saling mengingatkan atau menegur jika temannya melakukan kesalahan, senantiasa untuk mengajak dan mengarahkan temannya kepada kebaikan,  serta mencegah atau menarik temannya yang sudah terjerumus kedalam lubang maksiat.
  • Mujahidun Li Nafsihi, berarti berjuang melawan nafsunya sendiri. Seorang muslim yang baik adalah yang dapat menahan hawa nafsunya, menahan segala macam godaan syaitan yang ada disekitar kita. Nafsu diantaranya adalah nafsu untuk menghamburkan uang ke hal-hal yang berbau mudharat, mengkonsumsi makanan secara berlebihan, sampai ke menahan nafsu diri terhadap orang lain.

Penerapan 10 Muwashofat Muslim dalam Kehidupan Berorganisasi, Bernegara, dan Berbangsa

1. Kehidupan Berorganisasi

Dalam berorganisasi, semua anggota terutama sang ketua harus memiliki 10 muwashofat muslim, yang mana hal ini sangat berperan besar bagi keberlangsungan organisasi tersebut. Sebagai contoh, apabila setiap anggota memiliki pengaturan waktu yang baik dan dapat membedakan mana yang penting serta genting. Maka semua program kerja yang ada dalam organisasi tersebut akan berjalan dengan lancar dan tidak akan terjadi keterlambatan ataupun penundaan dalam pelaksanaannya dikarenakan waktu yang tidak cukup atau terlewatkan. Ketepatan pelaksanaan suatu acara dalam organisasi pula akan didapat apabila tiap anggotanya memiliki sifat Munazzhamun Fi Syu'unihi, yang memiliki arti tetatur dalam urusannya. Selain itu sifat kecerdasan dalam berfikir juga diperlukan bagi seluruh anggota organisasi agar memudahkan organisasi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

2. Kehidupan Bernegara

Terdapat banyak sekali cobaan yang akan kita hadapi saat melakukan kewajiban-kewajiban bernegara, dan jika setiap masyarakat memiliki sifat mampu menahan hawa nafsu, pasti negara tersebut akan menjadi negara yang makmur. Karena dari satu sifat ini, dapat mencwgah banyak egali kejahatan-kejahatan yang pada umumnya terjadi di sebuah negara, diantaranya pelecehan seksual, pencuiran barang, korupsi, kelalaian rakyat dalam membayar pajak, dan masih banyak lagi. Selain itu, Akhlak yang kokoh juga diperlukan dalam kehidupan bernegara, guna menghindari berbagai macam kebathilan dan penyimpangan yang sedang marak terjadi di masyarakat.

3. Kehidupan Berbangsa

Pada kehidupan berbangsa, terutama di negara kita Indonesia yang memiliki beragam etnis dan agama, pasti juga meiliki banyak sekali cobaan, dan 10 Muwashofat Muslim ada untuk menghadapi berbagai masalah tersebut. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat beragam umat beragama dan seringkali antar satu agama dengan yang lainnya memiliki perbedaan pendapat yang berujung dengan terjadinya bentrok. Akan tetapi, jika tiap penduduk negaranya memiliki kecerdasan dalam berfikir dalam hal saling bertoleransi antar umat beragama, permasalahan bentrok antar agama tersebut akan mudah untuk diselesaikan. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline