Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Boneka Barbie

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kalian pikirkan di saat mendengar kata boneka Barbie?”

Jika saya mendengar dua kata itu maka yang saya pikirkan adalah rambut yang panjang dan gaun yang cantik. Tentunya ituah yang membuat kecantikan yang ada pada boneka Barbie tersebut. Sehingga menyempurnakannya menjadi dua kata bermakna bagi orang-orang yang melihatnya, apa lagi para penggemar boneka, Barbie pula.

Semua bermula saat anak yang berumur kurang lebih 8 tahunan tiba mendekati saya dengan tangan kanannya menarik-narik lengan baju saya dan ditangan kirinya pula membawa sebuah boneka, Barbie. Persis boneka dua belas tahun yang lalu saya mainkan. Ini benar-benar reuni. Reuni bersama Barbie. Di pekarangan rumah kami memainkan boneka bersama. Maklum saja, anak berumur kurang lebih 8 tahun itu adalah sepupu saya sendiri, anak dari adik kandungnya mama. Maka dengan kesabaran hati saya ikuti kemana ia ingin hendak bermain.

Sambil menaungi masa dulu saya menemani sepupu saya yang sedang asyik bermain boneka. Tidak hanya sekedar melihat-lihat, saya juga memperhatikan dengan sangat serius boneka Barbie tersebut. Banyak bilang boneka bisa saja menjadi benda yang bisa hidup. Tiap kali ada saja bayangan yang berbelok terlintas yang aneh-aneh dipikiran saya saat itu. Maklum, dulu saya masih kelas 5 SD. Masih ingat, saat saya ditinggal oleh orang tua dirumah. Saya memilih untuk bermain boneka Barbie dirumah tanpa ditemani seorang teman. Sampai orang tua pulang yang saya pegang hanyalah boneka. Ketika itu saya bosan bermain boneka Barbie dengan pakaian yang dipakai boneka itu hanya itu itu saja. Bosan melihat boneka Barbie kesayangan saya hanya memakai baju itu, tak ada yang lain selain itu. Rasa “ingin-tahu” saya saat itu menyatu dalam pikiran saya. Sehingga membuat saya ingin mengutak-atik pakaian yang dikenakan Barbie tersebut. Ada juga rasa cemburu saya pada boneka itu bahwa saya ingin sekali bisa memakai baju boneka Barbie tersebut.

Dikarenakan saya bosan dengan baju boneka Barbie yang hanya itu itu saja, ditambah lagi keinginan saya untuk memakai baju boneka Barbie juga tak mungkin. Maka saya mengkhayal seketika, seperti ada seberkas cahaya yang tampak dalam khayalan yang berangsur-angsur menggilai saya saat itu. Lupa kapan tepatnya, yang jelas khayalan itulah yang membuat saya berimajinasi akan hal yang ingin saya lakukan. Saat itu saya mengambil kumpulan kain-kain yang sudah lama tak dipakai lagi oleh penghuni rumah ini. Lalu memotongnya menjadi lipatan-lipatan kecil dengan gunting. Tidak hanya sebatas itu, aliran pikiran saya melaju dengan cepat. Alat-alat yang dibutuhkan sudah ada di depan mata, yakni benang berwarna, jarum untuk menjahit dan juga gunting. Maka imajinasi yang sudah terisi dengan cekatan saya tumpahkan melalui alat-alat sederhana itu. Tak sulit membuat hal yang kita inginkan jika kita menyukai hal tersebut. Mungkin itu yang pantas saya ucapkan untuk saya sendiri kala itu.

Kain-kain yang sudah tidak dipakai lagi itu sudah terpotong menjadi beberapa bagian kecil, kemudian saya cocokkan ke tubuh boneka Barbie itu. Lanjutlah ke penggambaran pola kecil-kecilan. Hal ini saya buat agar ukurannya pas, tidak kekecilan ataupun kebesaran. Sesudah itu, kalau sudah pas ditubuh boneka itu lanjut ke penjahitan. Nah, disinilah saya mencoba-coba untuk pertama kalinya menjahit pakai tangan sendiri. Pelan-pelan itu saya lewati, meski kurang sempurna tapi kain yang saya buat hampir menyerupai gaun boneka Barbie sesuai pola yang saya buat sendiri. Bangga jika saya mengunjungi masa dulu, saat-saat bermain dengan boneka, bongkar pasang, masak-masakan dan yang lainnya. Tentunya permainan anak perempuan masa dulu.

Semua hanya berawal dari bosan melihat baju boneka Barbie yang ada hanya itu-itu saja dan rasa ingin memakai baju boneka Barbie. Dan jadilah baju boneka Barbie rancangan asli dari saya sendiri. Sudah lama memang terjadi, belasan tahun yang lalu saya lakukan hal-hal seperti itu. Tapi saya masih mengingatnya dengan utuh. Andai saja baju-baju boneka rancangan saya itu masih ada, pasti sudah saya potret dan saya muat di artikel ini. Senangnya bila mengingat-ingat kerjaan masa kecil dulu.

Sekarang saya baru sadar, ternyata sejak dulu saya sudah belajar banyak dari sebuah benda mati yaitu boneka Barbie. Apalah hebatnya sebuah boneka Barbie. Mungkin itu sempat terlintas dipikiran kita sehingga berpikir, “bagaimana mungkin melalui sebuah boneka kita bisa belajar?”. Tapi inilah kenyataan yang terjadi pada saya, saya melakukannya sendiri. Dari boneka Barbie saya dapat merancang dan membuat banyak baju Barbie hasil sendiri, melalui boneka Barbie juga saya dapat menjahit, menggambar, dan berkarya. Meski itu kecil-kecilan dan tak ada apa-apanya, tak hanya itu, saya juga bangga dengan kemampuan saya saat kelas 5 SD itu. Saya yang tak berbekal apa-apa soal jahit-menjahit dapat melakukannya. Bahkan karena itu saya lebih cepat tahu soal jahit-menjahit. Jahit celana yang sudah koyak ataupun jahit tas yang sudah bolong. Ternyata hal-hal dari yang terkecil memunculkan dampak yang besar juga bagi kehidupan kita.

“Tak ada yang tak mungkin.” Kata itu mungkin bisa mewakili semangat keinginan saya dan mengakhiri cerita jaman SD saya yang sudah terselimut penuh rindu jika mengunjunginya kembali.

Medan, 08 June 2014

Putri Silaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline