[caption id="attachment_205222" align="alignleft" width="300" caption="picture from gogreenindonesia.blogspot.com"][/caption] Sudah dua minggu, ibukota begitu panas dan sama sekali tidak diguyur hujan deras. Hanya tadi malam saja ada gerimis kecil. Itupun hanya sebentar. Melihat pemberitaan di daerah-daerah lain, justru yang terjadi malahan kebalikannya ibukota, bencana banjir besar terjadi. Cuaca ekstrim seperti ini memunculkan pertanyaan "apakah penyebabnya?". Beberapa tahun yang lalu, sejumlah ilmuan telah memberi peringatan kepada dunia tentang dampak penggunaan bahan bakar dari fosil yang dalam memberi pengaruh terhadap perubahan iklim. Dan kenyataannya telah terjadi saat ini, atmosfir bumi telah terkonsentrasi oleh zat-zat yang meningkatkan suhu bumi seperti karbon dioksida sehingga es pun mencair meningkatkan tingginya air laut, dan menyebabkan terjadinya pola turunnya hujan dan badai seperti yang kita alami saat ini. Saat ini ilmuan sudah tidak dapat memberikan prediksi iklim masa depan. Ilmuan menyadari bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini telah mempengaruhi pola pola hujan dan badai yang tidak dapat ditebak kapan terjadinya. Penyebabnya adalah tingkah laku manusia yang tidak peduli lingkungan. Ini adalah masa dimana manusia mendominasi. Mendominasi untuk mengeksploitasi bumi tanpa memperhatikan lingkungan dan masa depan. Apa saja yang kita perbuat kepada bumi diantaranya belanja dengan plastik (tidak lagi seperti dulu-belanja bawa keranjang sendiri), merokok, berkendaraan walaupun jarak yang ditempuh dekat, sudah kenal email dan soft-copy tetapi tetap saja meng-print dan meng-fotocopy tanpa perhitungan, eksplitasi tambang tanpa henti, menebang tidak menanam kembali, membuang sampah sembarangan, menghidupkan alat elektronik selama mungkin, dan tidak memilah sampah, bahkan membuang sampah tidak ditempatnya. Diingat kembali beberapa bulan ini, banjir sudah terjadi begitu dahsyat di beberapa daerah, diantaranya: Berdasarkan laporan kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, menyebutkan banjir yang terjadi di akhir Juni 2012 menyebabkan 169 orang tewas sementara 400 lainnya hilang, dan lebih dari 8.500 rumah rusak sedangkan 43.000 lebih terendam air, termasuk sekolah, pabrik, dan saranan kesehatan. Ditambah 65.000 hektar lahan pertanian terendam air. [caption id="attachment_205223" align="aligncenter" width="300" caption="banjir di korea utara (picture from BBCnews)"]
[/caption] Laporan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan, hujan deras yang mengguyur Ambon pada awal Agustus 2012 menyebabkan sedikitnya tiga orang tewas. Tidak hanya banjir, longsor pun tidak dapat dihindarkan. [caption id="attachment_205224" align="aligncenter" width="300" caption="banjir di Ambon (picture from penanggulangankrisis.depkes.go.id)"]
[/caption] Di China, laporan kantor berita Xinhua memberitakan bahwa hujan deras pada 21 Juli 2012 telah mengakibatkan 37 orang tewas. Kerugian yang dialami diperkirakan mencapai 10 miliar yuan (sekitar Rp13 triliun). [caption id="attachment_205225" align="aligncenter" width="300" caption="banjir di China (picture from BBCnews)"]
[/caption] Sama halnya, banjir bandang yang menghantam wilayah Krasnodar, Rusia selatan pada awal Juli 2012 yang mengakibatkan 144 orang meninggal dunia. [caption id="attachment_205226" align="aligncenter" width="300" caption="banjir di Rusia saat mulai surut (picture from BBCnews)"]
[/caption] Di Bangladesh, lebih dari 2.000 desa terendam akibat banjir yang terjadi menyusul hujan besar selama lebih dari dua minggu. Banjir dan longsor yang terjadi pada akhir Juni 2012 menewaskan lebih dari 100 orang. India juga mengalami hal yang sama, 2000 desa terendam banjir akibat hujan deras. [caption id="attachment_205227" align="aligncenter" width="300" caption="banjir di India (picture from BBCnews)"]
[/caption] TIdak hanya banjir, kekeringan terparah juga terjadi seperti di Afrika yakni Somalia, Kenya, Ethiopia serta Sudan Selatan, bencana ini yang terburuk dalam 60 tahun. Bencana kekeringan yang mereka alami berdampak pada pemenuhan kebutuhan. Kekeringan diikuti dengan kelaparan. [caption id="attachment_205228" align="aligncenter" width="300" caption="kekeringan di Afrika (picture from BBCnews)"]
[/caption] Selanjutnya, orang muda akan menikmati perubahan iklim yang ekstrim ini. Sedangkan yang tua hanya sekedar mewariskan gaya eksplitasi kepada yang muda. Sudah banyak lembaga, kelompok, pribadi yang menyerukan tentang BAHAYA pemanasan global. Sebut saja, pencinta alam, komunitas kreatif sampah, DAAI TV, WALHI, greenradio, pemulung, cleaning service, Kementerian Lingkungan Hidup, dan para ilmuan. Lantas apa selanjutnya?
Baiklah kita beraksi, seperti biasa, dimulai dari diri sendiri.
Jika tidak ingin bencana berlanjut dan berlalu BEGITU SAJA maka berlakulah hijau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H