Lihat ke Halaman Asli

Suriel Mofu, Putra Papua Teladan Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1398934688432943707

[caption id="attachment_334241" align="aligncenter" width="300" caption="Dr. Suriel Mofu, S.Pd,M.Ed,M.Phil www.suarapembaruan.com"][/caption]

Mengulang kembali apa yang diberitakan oleh surat kabar Suara Pembaruan tentang sosok yang perlu dicontoh oleh anak-anak muda Indonesia. Kali ini bukan berasal daritanah Jawa yang selalu mendapat nomor pada prestasi dan kesempatan. Jauh di Timur sana, di bumi cenderawasih yang punya berlimpah sumber daya alam juga memiliki sumber daya manusia yang luar biasa.

Nama tokoh yang akan diceritakan ulang kali ini adalah SURIEL MOFU. Berikut kisahnya :

Pada 7 Maret 2009 menjadi hari bersejarah bagi Suriel Mofu. Hari itu, pemuda asal Papua ini berhasil menaklukkan salah satu kampus ternama di dunia, Universitas Oxford. Suriel meraih gelar S-3 Doktor Filsafat dari universitas nomor satu di Inggris itu. Dia boleh berbangga, sebab gelar tersebut belum pernah diraih mahasiswa Papua ataupun mahasiswa-mahasiswa di Asia Pasifik. Gelar tertinggi sebelumnya yakni di level S-2 pernah diraih Kenneth Sumbuk, Rektor Universitas Papua Nugini.

Kekagetannya karena menjadi satu-satunya pemegang rekor. Kita sebut ini sebagai sebuah kebanggaan yang baik.


“Tidak hanya bagi Papua, tetapi juga Indonesia,” ungkap Suriel dalam wawancara dengan harian nasional tersebut.

Pria kelahiran Biak, 22 Juli 1971 itu mengaku bangga, saat diwisuda hanya dia orang kulit hitam dari 250 wisudawan yang memenuhi Gedung Sheldonian Theatre, Universitas Oxford. Menjadi berbeda bukan merupakan kekurangan tetapi kelebihan tersendiri karena tentu menjadi pusat perhatian. Sedangkan yang lainnya adalah wisudawan kulit putih dan wisudawan dari Tiongkok dan Jepang. Dari 250 wisudawan, sekitar 50 orang diwisuda untuk gelar doctor salah satunyaSuriel, sisanya adalah untuk gelar master dan sarjana.



Kebanggaan lain selain kulitnya adalah rambut keriting khas Papua yang dimilikinya.

“Ini kebanggaan yang luar biasa, Oxford yang menakutkan ternyata bisa saya taklukkan,” ungkap Suriel dengan penuh semangat.

Tahun 2003 saat masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Negeri Papua (Unipa) Suriel melamar menjadi mahasiswa S-2 di Oxford. Ternyata diterima. Selama 2003-2005 dia tinggal di Inggris dan menyelesaikan Master of Philosophy (M.Phil).

Tesisnya tentang Comparative Philology and General Linguistics mendapat nilai terbaik. Dengan hasil itu, ayah tiga anak ini langsung mendapat kesempatan melanjutkan studi doktor di Universitas Oxford tanpa melalui tes. Gelar doktornya dia selesaikan tahun 2009.  Selama enam tahun di Oxford, Suriel menyadari, ternyata tidak terlalu sukar.

Suriel memberikan tips untuk bisa maju yakni kuliah di mana saja sama dan bisa kita atasi kalau kita tahu aturan dan standar-standarnya.


“Selama di sana, saya berusaha memenuhi standar-standar itu,” jelas Suriel.


Bagi Suriel keberhasilannya itu sebenarnya hasil didikan panjang dari orang tuanya. Kedua orangtuanya sangat disiplin untuk masalah pendidikan. Ayahnya, Henokh Mofu, guru olahraga di sebuah sekolah di Biak Timur selalu menekankan agar Suriel selalu menjadi orang pintar.

“Dia tidak ingin saya bermain bola. Padahal, ayah saya itu pemain sepakbola. Tetapi menurutnya, pemain bola di Indonesia nasibnya tidak mujur, selalu kandas,” tutur Suriel.

Ayahnya memang mantan pemain pertama Persipura. Henokh bersama legendaris sepakbola Papua lainnya pernah bertandang ke Tanah Jawa  tahun 1969.

“Didikannya keras. Soal pendidikan selalu nomor satu. Saya waktu kecil diharuskan tidur siang ketika teman-teman saya sibuk bermain. Sebab malamnya saya harus konsentrasi belajar. Disiplin diterapkan dari awal, perlakuan itu berbeda dengan anak-anak kampung sebaya saya lainnya,” kata dia.

Ternyata, didikan itulah yang membuat Suriel selalu menjadi juara 1 di sekolah, sejak di SMP hingga menjadi juara umum di Universitas Cendrawasih. Tetapi, bukan berarti Suriel terus berkutat dengan buku. Dia tetap memiliki hobi olahraga yakni sepak takraw. Bahkan, dia menjadi pemain sepak takraw andalan SMA 1 Biak untuk kejuaraan sepak takraw tingkat kabupaten.

Saat ini, tokoh Indonesia ini menjadi rektor Universitas Papua di Manokwari. Beliau terus berjuang membangun Papua lewat dunia pendidikan. Membangun masyarakat Papua yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Itulah visi dan misinya. Unipa Manokwari sedang membangun dan mempersiapkan diri membuka fakultas kedokteran. Mudah-mudahan dengan adanya upaya ini masalah kesehatan di tanah Papua bisa diperbaiki secara perlahan. Mula-mula dari persiapan tenaga medis yang berasal dari orang Papua asli.

Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa jalan menuju sukses itu terletak dari diri sendiri dan dukungan orang lain. Mengubah mindset untuk terus maju dan bersikap positif pada aturan yang telah berlaku. Suriel Mofu, bukan satu-satunya tokoh Indonesia, masih banyak tokoh lain tetapi teladannya untuk terus berjuang demi Indonesia patut ditiru.

Sumber:

http://www.suarapembaruan.com/home/suriel-mofu-putra-papua-penakluk-oxford/3783

http://www.lensapapua.com/seremonial/kunjungan-kerja-tim-universitas-indonesia-kelokasi-pembangunan-gedung-fakultas-unipa-ii/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline