Lihat ke Halaman Asli

Virus itu Bernama Rindu

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku merasakanmu bergelayut dalam alam pikiranku, Aku merasakan bayanganmu menjajah seluruh ruang hatiku, membuat jantungku lebih cepat memompa darah dan mengalirkannya dalam nadiku layaknya kilat. Aku sakaw. Aku merasakan kecanduan luar biasa. Dan parahnya, candu itu dirimu.

Sekarang Aku sekarat. Penyakit rinduku padamu telah pada titik stadium akhir. Sekarat, karena tak kunjung Aku menjumpai sosokmu.

Aku merindukanmu sekarang, dan Aku dalam keadaan kepayahan menahannya. Ingin segera kakiku berlari, menghampirimu, meski harus terseok-seok. Entah bagaimana cinta bagi oranglain dapat terasa sangat membahagiakan. Namun bagiku, cinta -yang menyebabkan Aku merindukanmu- terasa layaknya virus. Kau adalah candu yang menyuntikkan virus itu, menyebarkan keseluruh pembuluh darah, menyesakkan saat hatiku mulai merindu, menjejali otakku dan membuatku hilang kendali saat membayangkan wajahmu.

Virus yang terus tumbuh, menggerogoti hati hingga tak ada lagi sisa untuk yang lain. Virus yang terus menerus memutar semua kenangan bersamamu, secara detail.

Apa Aku salah merindumu? Kau yang memberiku virus ini bukan? Harusnya Kau yang kemari, menemaniku, memberikan Aku terapi atau sejenis vaksin. Harusnya Kau disini, biarkan Aku leluasa memandangmu, biarkan Aku terbebas dari sakaw karena candumu, biarkan Aku memelukmu erat-erat hingga Kau merasakan molekul-molekul cinta dalam hatiku yang terus bergetar saat bersamamu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline