Lihat ke Halaman Asli

Berdebat dengan Tuhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beranda rumah. Senja merekah. Warna jingga tumpah di halaman.

Saya (S): Aku capek. (Meregangkan kaki. Menatap jalan raya. Menikmati bising kendaraan dari kejauhan.)

Tuhan (T): Kenapa?

S: Jangan tanya. Bukankah Kau seharusnya Maha Tahu Segala? (Menatap cangkir teh hangat yang duduk tegak di atas meja.)

T: Sesulit itukah menengadahkan kepalamu padaKu dan bercerita?

S: (Diam sejenak. Menegakkan duduk) Katanya Kau Maha Kuasa. Tapi kenapa Kau bikin hidupku jadi begini rumit? (Mengambil cangkir teh. Meniup bibir cangkir dan menyesapnya perlahan.)

T: Serumit doa yang kalian pintakan padaKu setiap hari?

S: Aku manusia biasa. Aku berhak meminta banyak hal kepadaMu. (Meneguk minuman kembali . Cairan kuning keemasan yang manis dan hangat mengaliri tenggorokan.)

T: Sebagaimana hakKu menerima sujudmu padaKu?

S: Jangan mengelak. Kau Tuhan. Kau wajib mendengarkan doaku.

T: Dan kau pun wajib menaatiku, bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline